Selalu Mengingat Allah At-Tawwab
https://quantumfiqih.blogspot.com/2014/06/selalu-mengingat-allah.html
Jangan seperti Fir’aun. Sepanjang
hidup, ia sangat keras pengingkarannya terhadap dakwah Musa dan Harun. Fir’aun
diajak untuk beriman kepada Allah, malah menertawakannya dengan membuat
bangunan tinggi seraya berteriak pongah, “Buatlah untukku bangunan yang tinggi
agar aku dapat melihat tuhannya Musa!”
Di saat terjerat belasan bukti-bukti
mukjizat, salah satunya tenggelam dalam pusaran laut yang terbelah oleh
tongkat, di saat itulah baru Fir’aun mengucapkan kata iman kepada Allah. Sayang
seribu sayang, persaksian Fir’aun yang sebetulnya menyeruak dari nurani
terdalam, tiada berguna apa-apa baginya di hadapan Sang Mahamulia. Iman ketika perjalanan
usia harus dihentikan adalah iman yang sia-sia, Allah Al-Wakil tidak menerimanya. Rasulullah bersabda,
إِنَّ
اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْد مَا لَمْ يُغَرغِرْ
“Sesungguhnya Allah
menerima taubat hamba-Nya selama nyawanya berada di
kerongkongan.”
[Sunan At-Tirmidzi; Sunan Ibnu Majah; Musnad Ahmad. Shahih Al-Jami’ no. 1899]
Tak heran, Allah Al-'Ali berikan
keistimewaan naungan, di hari hisab, kepada mereka yang mau menggunakan
hidupnya untuk selalu mengingat Allah saat senang maupun susah. Dari Abu
Hurairah, Rasulullah bersabda,
سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ ... وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ
رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ...
“Tujuh golongan yang Allah naungi
mereka pada hari yang tiada naungan selain naungan-Nya, ... (diantaranya)
pemuda yang tumbuh berkembang dalam ibadah kepada Rabbnya dan orang yang
qalbunya selalu terkait di dalam masjid...” [Shahih Al-Bukhari no. 660]
:: Selengkapnya di majalah Lentera Qolbu.