Lembut Kepada Mu`minin, Keras Kepada Kafirin
https://quantumfiqih.blogspot.com/2014/06/lembut-kepada-muminin-keras-kepada.html
Pertama, Lembut Kepada Mu`min
Karakter ini adalah prinsip al-wala` dalam
Islam. Kekasih Allah bukan orang yang menghamburkan kelemah lembutan dan kasih
sayang. Kekasih Allah hanya berbagi cinta kepada orang yang beriman. Pelit
menyayangi selain orang beriman bukan hal yang buruk. Malah itu menunjukkan
kesempurnaan intelektualnya. Adzillah berarti merendahkan diri. Merendahkan diri mengantarkan seseorang
bersikap lemah lembut. Mustahil lemah lembut bila kesombongan masih bercokol
dalam qalbu. (Simak artikel menarik di http://cafeilmubrilly.blogspot.com) Nash-nash yang memerintahkan
untuk berkarakter lembut sebenarnya penerapannya adalah kepada orang-orang
Islam. Adapun kepada orang-orang nonmuslim, maka itu tidak seperti kelembutan
yang diberikan kepada orang-orang Islam, melainkan kelembutan dalam rangka
melembutkan qalbu mereka sehingga mereka mau masuk Islam.
Termasuk lembut
kepada orang-orang mu`min adalah tidak membalas kejahatan yang mereka lakukan
dengan kejahatan melainkan dengan kebaikan.
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي قَرَابَةً أَصِلُهُمْ
وَيَقْطَعُونِي وَأُحْسِنُ إِلَيْهِمْ وَيُسِيئُونَ إِلَيَّ وَأَحْلُمُ
عَنْهُمْ وَيَجْهَلُونَ عَلَيَّ فَقَالَ لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا
تُسِفُّهُمْ الْمَلَّ وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنْ اللَّهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا
دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ.
Dari Abu Hurairah, bahwasanya
seorang laki-laki pernah berkata, “Ya Rasulullah, saya mempunyai kerabat. Saya
selalu berupaya untuk menyambung silaturahim kepada mereka, tetapi mereka
memutuskannya. Saya selalu berupaya untuk berbuat baik kepada mereka, tetapi
mereka menyakiti saya. Saya selalu berupaya untuk lemah lembut terhadap
mereka, tetapi mereka tak acuh kepada saya.” Lalu Rasulullah bersabda, “Jika
kamu memang benar berada pada posisi apa yang kamu ucapkan tadi, maka
sebenarnya mereka itu seperti orang yang kehausan, kemudian kamu tuangkan
minuman ke mulut mereka dengan tiada hentinya. Dan selama kamu berbuat seperti
itu kepada mereka, maka pertolongan Allah pasti akan bersamamu.” [Shahih Muslim]
Kedua, Keras Kepada Kafir
Karakter ini adalah prinsip al-bara` dalam
Islam. Sikap keraslah yang dikedepankan. Sebab prasangka awal kepada kaum kafir
adalah mereka senantiasa memendam kebencian dan makar kepada Islam dan kaum
mu`min. Allah telah banyak membongkar kedok dan konspirasi kaum kafir. Akal
yang sehat pun tidak rela merendahkan diri di hadapan kaum yang mengingkari
Allah.
Keras terhadap orang kafir bukanlah hal yang
buruk. Biarlah para munafiqin mencela sikap keras kepada orang kafir, karena
itu menunjukkan kedangkalan intelektual mereka. Jadikan musuh sebagai lawan,
bukan kawan, kalau tidak, mereka akan masuk ke dalam selimut. Kecuali
jika kaum kafir berniat tulus untuk belajar Islam, maka kita temani mereka
menyelami ayat-ayat Allah hingga mereka masuk ke dalam Islam.
Allah telah memuji kedua karakter ini dalam
ayat yang lain,
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ
مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ
“Muhammad itu adalah utusan Allah, orang-orang yang bersama
dengannya adalah keras terhadap orang-orang kafir tetapi bersikap kasih sayang
sesama mereka.” [Al-Qur`an surah Al-Fat-h (48) ayat no. 29]
Memadukan kedua karakter ini telah menjadikan
para shahabat Rasulullah menuai berbagai pujian dan kehormatan dari Allah ‘Azza
wa Jalla. Terkadang memang susah, terlalu lama hati bersikap kasar kepada orang
kafir membuat sikap kasar itu sedikit terbawa ketika berinteraksi dengan orang
beriman. Namun hal itu mudah bagi orang yang telah dicintai Allah.
:: Selengkapnya di majalah Lentera Qolbu edisi 7 vol. 2 (Feb-Mar 2012)