Menghormati Para Shahabat Nabi
https://quantumfiqih.blogspot.com/2014/06/menghormati-para-shahabat-nabi.html
Pernah terjadi peristiwa yang sangat menakjubkan tentang
orang yang merendahkan shahabat. Adz-Dzahabi menceritakan dalam Siyar A’lam
An-Nubala 1/618 dari Al-Qadhi Abu Thayyib, kata beliau, ”Suatu kali kami pernah
ta’lim di masjid jami’ Al-Manshur, lalu tiba-tiba datang seorang pemuda dari
Khurasan menanyakan perihal masalah al-musharah (salah satu jenis perdagangan
yang mengandung unsur gharar) serta meminta dalilnya sekaligus. Pertanyaan
pemuda itupun dijawab dengan hadits Abu Hurairah tentang hal itu. Pemuda yang
bermadzhabkan Hanafiyyah itu mengatakan, ”Abu Hurairah tidak diterima
haditsnya!” Belum selesai dia berbicara, tiba-tiba muncul ular besar
menjatuhinya dari atap masjid. Melihatnya manusiapun lari ketakutan, termasuk pemuda
itu. Tapi ular itu terus mengejar pemuda tapi yang sedang berlari. Lalu
dikatakan kepadanya, ”Bertaubatlah, bertaubatlah!” Pemuda itu mengatakan, ”Saya
bertaubat.” Tiba-tiba ulat besar itu hilang tanpa ada bekasnya sama sekali.”
Muncul pertanyaan di benak, siapakah sejatinya yang
tergolong para shahabat Nabi Muhammad? Para shahabat bukan semua orang yang hidup di zaman Rasulullah
Muhammad. Para shahabat, seperti kata Ibnu Hajar dan ini adalah definisi yang
paling bagus dan tepat di antara para ulama, adalah orang-orang yang bertemu
dengan Nabi, beriman kepadanya, dan meninggal dalam keadaan Islam, sekalipun
pernah murtad, ini menurut pendapat yang paling kuat. [Al-Ishabah 1/7; Nukhbah
Al-Fikr hal. 21, 149] Definisi Ibnu Hajar ini tampaknya terinspirasi dari
definisi yang diajukan Al-Bukhari, “Shahabat adalah orang Islam yang menemani
Nabi atau pernah melihat beliau.”