Rasul Juga Manusia
https://quantumfiqih.blogspot.com/2014/06/rasul-juga-manusia.html
{وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً لَا يَخْلُقُونَ شَيْئًا
وَهُمْ يُخْلَقُونَ وَلَا يَمْلِكُونَ لِأَنْفُسِهِمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا وَلَا
يَمْلِكُونَ مَوْتًا وَلَا حَيَاةً وَلَا نُشُورًا (3) وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا
إِنْ هَذَا إِلَّا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ فَقَدْ
جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا (4) وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا
فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (5) قُلْ أَنْزَلَهُ الَّذِي
يَعْلَمُ السِّرَّ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا
(6) وَقَالُوا مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي
الْأَسْوَاقِ لَوْلَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا (7)
أَوْ يُلْقَى إِلَيْهِ كَنْزٌ أَوْ تَكُونُ لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ مِنْهَا وَقَالَ
الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلًا مَسْحُورًا (8)} [الفرقان: 3
- 8]
“Dan (Kuffar
Quraisy Makkah) berkata, “Kenapa rasul yang satu ini memakan makanan dan
berjalan ke pasar-pasar? Kenapa tidak diturunkan malaikan kepadanya yang
menjadi pemberi peringatan baginya? Atau kenapa tidak diturunkan kepadanya
harta yang banyak atau dianugerahkan kepadanya taman sehingga dia bisa makan
darinya?” Adapun orang-orang yang zhalim berkata (kepada orang-orang beriman),
“Kalian itu hanyalah mengikuti orang yang tersihir.”.” [QS. Al-Furqan: 7-8]
Cermatilah
bagaimana orang-orang kafir Quraisy Makkah menolak untuk mempercayai bahwa
Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdil Muththalib adalah utusan Allah! Lihatlah apa
alasan dan latar belakang mereka tidak mau meyakini Muhammad adalah benar-benar
seorang rasul! Sudah mengakar kuat mainstream mereka bahwa yang namanya rasul
itu haruslah suci, kalau perlu jangan dari golongan manusia, melainkan
malaikat. Hanya malaikat yang pantas diangkat Allah Ta’ala menjadi rasul,
karena malaikat suci, tidak perlu makan, tidak perlu bekerja, dan juga tidak
berdosa. Kalau manusia dijadikan rasul, dia juga pasti berbuat dosa, untuk apa
memperingatkan manusia lainnya? Seharusnya rasul itu tidak layak dari kalangan
makhluq yang berpeluang berbuat dosa. Itulah pemikiran mereka. Sebegitu kuat
mainstream tersebut mendarah daging, mereka pun merasa tidak pantas kalau
seorang yang diangkat Allah sebagai rasul itu makan dan berjalan ke
pasar-pasar. Menurut Al-Qasimi (7/419) dan Asy-Syaukani (4/73), kuffar Quraisy
Makkah meyakini bahwa seharusnya Allah membekali seorang rasul dengan kekayaan
sehingga tidak butuh lagi dengan manusia dan tidak lagi butuh sebagaimana
manusia, kalau memang dia benar-benar utusan Allah. “Kalau rasul tidak seperti
itu, buat apa menjadi rasul, toh sama saja dengan kami, harusnya lebih dari
kami.” Kurang lebih begitulah bahasa sederhananya, seperti dibahasan oleh
Ar-Razi dalam Mafatih Al-Ghaib 24/434]