Memuliakan Nabi yang Mulia

https://quantumfiqih.blogspot.com/2014/05/memuliakan-nabi-yang-mulia.html
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ
شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا .لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ
وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا .
“Sesungguhnya Kami mengutus kamu
(Muhammad) sebagai saksi pembawa berita gembira dan memberi peringatan. Supaya
kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, memuliakannya dan
menghormatinya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” [Al-Qur`an surah Al-Fat-h ayat 8-9]
Allah meminta kita untuk menghormati
dan memuliakan beliau atas peran beliau sebagai nabi dan rasul-Nya yang telah
mengeluarkan kita dari kegelapan syirik menuju cahaya tauhid.
Jangan sampai kita merendahkan
Rasulullah, seperti halnya Bani Israil yang akhirnya membunuh para nabi yang
diutus kepada mereka yang bermula dari menghina para nabi dan tidak menaruh
kepercayaan kepada orang-orang kepercayaan Allah tersebut.
Ngaji juga ya di goldenmanners.blogspot.co.id
Nabi Muhammad berkata,
ذَرُوْنِيْ مَا تَرَكْتُكُمْ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
بِكَثْرَةِ سُؤَالِهْمْ وَاخْتِلاَفِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ
بِشَيْءٍ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوْهُ
“Biarkanlah aku dan apa yang aku
tinggalkan untuk kalian. Sebab sesungguhnya hanyalah yang membinasakan
orang-orang sebelum kalian adalah karena banyaknya kritik mereka dan banyaknya
penyelisihan mereka terhadap para nabi. Karenanya, jika aku memerintahkan
kalian sesuatu maka kerjakanlah sesuai kemampuan kalian. Dan jika aku melarang
kalian dari sesuatu maka tinggalkanlah sesuatu itu.” [Shahih: Shahih Al-Jami’ no.
3430]
Al-Munawi menguraikan setelah menulis hadits ini, “Maknanya, berhentilah kalian dari mempertanyakan/ mengkritik ‘apa yang aku tinggalkan untuk kalian’ yaitu peninggalanku. Dan berhati-hatilah kalian dari perintah terhadap sesuatu atau larangan darinya. Maka jangan kalian pertentangkan aku secara berlebihan dalam membahas sesuatu yang sebetulnya tidak bermanfaat bagi kalian bagi din (agama) kalian dalam memahaminya, dengan apa yang aku tinggalkan untuk kalian, sedangkan aku tidak mengomentarinya sedikitpun. Sesungguhnya hal itu sesuai dengan prinsip berpegang teguh. Dan ambillah menurut zhahir apa yang aku tinggalkan untuk kalian, dan janganlah kalian membencinya, sebagaimana yang dilakukan ahli kitab…”
Adakah di qalbu kita perasaan sumpek atau bahkan benci
ketika membaca atau mendengar hadits Nabi? Jika ada, berhati-hatilah, sekecil
apapun itu, sebab besar sekali kecelakaan yang akan pasti menimpa, dan anda
bisa jadi tergolong orang-orang yang menyimpang. Abu
Nashr bin Salam Al-Faqih berkata, “Tidak ada sesuatu pun yang paling berat dan
dibenci oleh ahli ilhad (penyimpangan) daripada
mendengar hadits serta meriwayatkannya beserta sanadnya.” [‘Aqidah Salaf
Ash-hab Al-Hadits, Ash-Shabuni, hal. 302] Ahmad bin Hanbal berkata,
“Barangsiapa menolak hadits Rasulullah maka dia berada di atas jurang
kehancuran.” [Manaqib Al-Imam Ahmad, Ibnu Al-Jauzi, hal. 235] Ibnu
Al-Wazir berkata, “Sesungguhnya mendustakan hadits Rasulullah padahal dia
mengakui keabsahannya merupakan kekufuran yang nyata.” [Al-‘Awashim wa
Al-Qawashim, 2/374]
Ngaji juga ya di quantumfiqih.wordpress.com
Kalau sudah tidak ada rasa cinta kepada hadits Nabi, maka
“selamat”, Anda telah terperosok dalam jurang kekufuran. Abu Muhammad Hasan bin
‘Ali Al-Barbahari berkata, “Apabila Anda mendengar seorang mencela hadits dan
tidak menerimanya atau mengingkari sebagian darinya, maka curigailah
keislamannya dan jangan ragu-ragu bahwa dia adalah seorang pengekor hawa nafsu
dan ahli bid’ah.” [Syarh As-Sunnah hal. 35, 51]