Betapa Mulianya Generasi Al-Qur`an
https://quantumfiqih.blogspot.com/2014/06/betapa-mulianya-generasi-al-quran.html
Al-Qur`an adalah titah suci Allah yang Mahasuci. Allah mencintai orang-orang yang mencintai Al-Qur`an. Allah berikan banyak sekali keistimewaan bagi mereka di dunia dan di akhirat. Karenanya Allah menjadikan orang-orang yang mencintai Al-Qur`an dan berpegang teguh dengannya sebagai keluarga-Nya. Dari Anas, Rasulullah berkata,
إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنْ النَّاسِ هُمْ أَهْلُ الْقُرْآنِ
أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ
“Allah Yang Mulia memiliki
keluarga dari kalangan manusia, yaitu Ahlul Qur`an. Merekalah keluarga Allah
dan orang-orang yang diistimewakan-Nya.” [Sunan Ibnu Majah no. 211. Shahih
Al-Jami’ no. 2161]
Allah
mengistimewakan ahlul Qur`an dengan cinta-Nya. Dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah
berkata,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُحِبَّ اللهُ وَرَسُوْلُهُ فَلْيَقْرَأْ فِيْ
الْمُصْحَفِ
“Barangsiapa
senang bila dicintai Allah dan Rasul-Nya, maka hendaknya dia membaca mush-haf
(Al-Qur`an).” [Hasan: Abu Nu’aim; Al-Baihaqi. Shahih Al-Jami’ no. 6289;
Ash-Shahihah no. 2342]
Ahlul Qur`an juga dijadikan
sebagai sebaik-baik manusia. Dari ‘Utsman bin ‘Affan, Rasulullah
berkata,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik
kalian adalah yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya.” [Shahih
Al-Bukhari no. 4639; Sunan Abu Dawud no. 1240; Sunan At-Tirmidzi no. 2832-2834.
Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 1415; Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no.
1173; Shahih Al-Jami’ no. 3319]
Di
sini nampaknya Rasulullah ingin menegaskan, mengajarkan ilmu, khususnya
Al-Qur`an, kepada orang lain, menjadi kewajiban atas setiap muslim yang telah
mempelajari Al-Qur`an dan ilmu lainnya. Sudah barang tentu tidak boleh
tergesa-gesa. Rasulullah menggandengkan belajar dan mengajar menjadi kunci
kebaikan adalah agar tidak terjadi dikotomi, dan agar Islam cepat berkembang.
Demikian ringkasan syarh (penjelasan) atas hadits di atas dari Fat-h Al-Bari,
‘Aun Al-Ma’bud, Tuhfah Al-Ahwadzi dan Faidh Al-Qadir. Bahkan sebagian syarih
(komentator hadits) mengatakan, tidak terbatas pada ilmu Al-Qur`an melainkan
seluruh ilmu syar’i, baik pokok maupun cabangnya. Yang tertinggi adalah ilmu
Al-Qur`an.
Dalam
riwayat Al-Bukhari no. 4640, At-Tirmidzi no. 2833, dan Sunan Ibnu Majah no.
207-208, diriwayatkan dengan lafazh,
أَفْضَلُكُمْ مَنْ
تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Seutama-utama kalian adalah yang
belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya.”
Riwayat ini
memberi faedah, makna sebaik-baik kalian adalah seutama-utama kalian. Dalam
banyak kesempatan, Rasulullah menguraikan apa saja keutamaan (kelebihan) muslim
yang membaca Al-Qur`an dan mengajarkannya dibandingkan dengan yang lain.
Pernah Rasulullah
membandingkan antara ahlul Qur`an dengan selainnya. Rasulullah berkata,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ
الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ
وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ
كَمَثَلِ التَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ
الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ
وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ
كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ وَلَا رِيحَ لَهَا
“Perumpamaan
mu`min yang membaca Al-Qur'an adalah seperti buah utrujah, rasa dan aromanya
enak. Perumpamaan mu`min yang tidak membaca Al-Qur'an adalah seperti buah
kurma, rasanya enak tapi tidak ada aromanya. Perumpamaan munafiq yang membaca
Al-Qur'an adalah seperti raihanah, aromanya enak tapi rasanya pahit. Dan
perumpamaan munafiq yang tidak membaca Al Qur'an adalah seperti hanzhalah,
rasanya pahit dan tidak ada aromanya.” [Shahih Al-Bukhari no. 5007; Shahih
Muslim no. 1328]
Baca artikel lengkap di majalah Al-Akhbar edisi 95 (April 2014)