Menjadi Saksi Atas Kemahaan Allah
https://quantumfiqih.blogspot.com/2014/06/menjadi-saksi-atas-kemahaan-allah.html
Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Picik sekali pikiran orang-orang yang tidak mau mengakui dan bersaksi bahwa Allah adalah Rabb-nya. Hanya orang-orang yang cekak akalnya dan rendah kecerdasannya serta lemah daya telaah dan olahnya, yang menolak menjadi saksi atas ke-maha-an Allah.
Allah telah menjelaskan betapa agung dan besarnya diri-Nya. Hingga terkadang ada beberapa manusia yang tidak mampu menangkapnya karena saking bodohnya manusia dan terlampau mulianya Allah, juga sebab qalbu mereka tidak dipancari oleh Allah dengan cahaya hikmah.
Bila kita mengamati firman-firman-Nya, kekaguman pada Allah akan menjadi keniscayaan yang akan segera memenuhi setiap ruang dalam sanubari. Nurani akan mengagumi Allah, dan raga akan mengejawantahkannya.
Oleh karena begitu agung dan besarnya Allah, jangankan diri Allah, firman-firman-Nya saja sudah menjadikan gunung-gunung tidak sanggup memikulnya. “Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Qur`an ini pada sebuah gunung, pasti engkau akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah...” [QS. Al-Hasyr: 21]
Allah berfirman, mengungkapkan kekuatan-Nya, dimana Dia pernah menampakkan dirinya dalam wujud lain, kepada sebuah gunung, setelah sebelumnya Nabi Musa meminta kepada Allah agar dapat melihat-Nya, “Tatkala Allah menampakkan diri pada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau...” [QS. Al-A’raf: 143]
Nabi Muhammad bersabda, mengilustrasikan kehebatan Allah,
Picik sekali pikiran orang-orang yang tidak mau mengakui dan bersaksi bahwa Allah adalah Rabb-nya. Hanya orang-orang yang cekak akalnya dan rendah kecerdasannya serta lemah daya telaah dan olahnya, yang menolak menjadi saksi atas ke-maha-an Allah.
Allah telah menjelaskan betapa agung dan besarnya diri-Nya. Hingga terkadang ada beberapa manusia yang tidak mampu menangkapnya karena saking bodohnya manusia dan terlampau mulianya Allah, juga sebab qalbu mereka tidak dipancari oleh Allah dengan cahaya hikmah.
Bila kita mengamati firman-firman-Nya, kekaguman pada Allah akan menjadi keniscayaan yang akan segera memenuhi setiap ruang dalam sanubari. Nurani akan mengagumi Allah, dan raga akan mengejawantahkannya.
Oleh karena begitu agung dan besarnya Allah, jangankan diri Allah, firman-firman-Nya saja sudah menjadikan gunung-gunung tidak sanggup memikulnya. “Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Qur`an ini pada sebuah gunung, pasti engkau akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah...” [QS. Al-Hasyr: 21]
Allah berfirman, mengungkapkan kekuatan-Nya, dimana Dia pernah menampakkan dirinya dalam wujud lain, kepada sebuah gunung, setelah sebelumnya Nabi Musa meminta kepada Allah agar dapat melihat-Nya, “Tatkala Allah menampakkan diri pada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau...” [QS. Al-A’raf: 143]
Nabi Muhammad bersabda, mengilustrasikan kehebatan Allah,
حِجَابُهُ النُّورُ لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ
Baca artikel lengkap di majalah (Nasional) Lentera Qolbu edisi 1 vol. 2 (Juli 2011) atau di sini.