Siapa yang Tidak Cukup dengan Allah, Allah Tidak Mengakuinya Sebagai Hamba-Nya

Oleh Ustadz H. Brilly Y. Will. El-Rasheed, S.Pd., M.Pd. Al-Qadiri An-Naqsyabandi

Cukup Allah. Allah cukup. Kita hanya butuh Allah. Kita tidak butuh yang lain. Allah sudah Al-Kafi, Maha Mencukupi. Selain kita hanya bertuhan Allah, kita pun hanya memohon pertolongan kepada Allah. Kita tidak memohon pertolongan kepada selain Allah. Segala kekuasaan ada di tangan Allah.

 

Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah bersabda,

وَمَنْ لَمْ يَرْضَ بِاللَّهِ، فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ

“Barangsiapa tidak ridha dengan Allah, maka dia bukan termasuk golongan Allah.” [Sunan Ibnu Majah no. 2101]

 

Apa jadinya jika kita sudah tidak termasuk golongan Allah? Sengsara seumur hidup. Apa jadinya jika Allah sudah tidak lagi mau kita menisbatkan diri kepada-Nya sebagai hamba Allah? Matilah kita!

 

Allah Al-Qahhar berfirman,

مَنْ لَمْ يَرْضَ بِقَضَائِي وَقَدَرِي فَلْيَلْتَمِسْ رَبًّا غَيْرِي

“Barangsiapa tidak ridha dengan ketentuan-Ku dan keputusan-Ku, maka hendaklah ia mencari tuhan selain-Ku.” [Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 8484]

 

Jika kita mengucapkan radhitu billah rabban, aku ridha Allah sebagai rabb-Ku, tapi kita justru tidak senang dengan ketentuan dan keputusan Allah, maka ucapan kita tersebut ditolak Allah, “Cari saja tuhan selain-Ku.” Artinya, kita ridha Allah sebagai tuhan kita tapi justru Allah tidak ridha kita menjadikan-Nya sebagai tuhan kita. Wah, bahaya! Celakalah kita!

 

Allah Al-Matin berfirman,

مَنْ لَمْ يَرْضَ بِقَضَائِي ولم يصبر على بلائي فليلتمس ربا سوائي

“Barangsiapa tidak ridha dengan ketentuan-Ku dan tidak sabar dengan ujian-Ku, maka hendaklah ia mencari tuhan selain-Ku.” [Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 8485]

 

Bersabar adalah keharusan hamba. Berbuat apa saja adalah hak Allah semata. Tatkala kita tidak terima Allah berbuat apa saja kepada kita, ya silakan saja mencari tuhan selain Allah. Jangan lupa akibatnya!

 

Dari Anas, Nabi bersabda,

مَنْ لَمْ يَرْضَ بِقَضَاءِ الله وَيُؤْمِنْ بِقَدَرِ الله فليلتمس إلها غير الله

“Barangsiapa tidak ridha dengan ketentuan Allah dan beriman dengan keputusan Allah, maka hendaklah ia mencari tuhan selain Allah saja.” [Al-Jami’ Ash-Shahir no. 12614]

 

Kalau memang mengaku sebagai hamba Allah, kenapa kita tidak pasrah kepada Allah? Menerima Allah sebagai tuhan, konsekuensinya menerima apapun yang diperbuat Allah kepadak kita. Aneh kalau menerima Allah sebagai tuhan, tapi tidak terima Allah Al-Qadir (Maha Kuasa). Absurd.

 

Rasul bersabda,

إنّ الله تَعَالَى يَبْتَلِي العَبْدَ فِيمَا أعْطاهُ فإنْ رَضِيَ بِما قَسَمَ الله لهُ بُورِكَ لهُ فِيهِ ووَسَّعَهُ وإنْ لمْ يَرْضَ لمْ يُبارِكْ لهُ ولمْ يَزدْ على مَا كُتِبَ له

“Sesungguhnya Allah menguji hamba dengan apa saja yang diberikan-Nya kepadanya. Jika hamba ridha dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadanya, maka akan dibarakahi padanya dan Allah meluaskannya. Jika hamba tidak ridha, maka tidak akan dibarakahi dan juga tidak akan ditambahkan pada taqdir yang sudah dituliskan untuknya.” [Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 2750]

 

Jika Allah sudah menolak pengakuan kita sebagai hamba-Nya, doa kita yang mana yang akan diterima-Nya, pinta kita yang mana yang akan didengar-Nya. Padahal jika kita ridha dengan apa saja yang diperbuat-Nya kepada kita, kita butuh apa, pasti dicukupi, bahkan tanpa kita meminta kepada-Nya.

 

Maka mencukupkan diri dengan Allah harus menjadi karakter kita, akhlaq kita, mental kita. Sejak hidup masih lapang, senang, tenang, kita cukup Allah saja. Sehingga ketika hidup kita sempit, sulit, rumit, Allah menolong kita. Sebaliknya, ketika kita sedang terpuruk, lalu kita ridha dengan kondisi yang ditetapkan Allah tersebut, maka saat kita berjaya, Allah memberikan kejayaan yang berlipat-lipat.