Konsultasi Syariah: Mencicipi Masakan Saat Puasa Senin Kamis, Puasa Ramadhan, Puasa Nadzar, maupun Puasa Sunnah Lainnya

菱 *MENCICIPI MASAKAN SAAT PUASA SENIN-KAMIS* 菱

_Pertanyaan_
Assallamu alaikum Wr Wb....nyun sewu .. Sy mau tanya pk H. Brilly..sy puasa Senin Kamis... Trus sy masak ..sy cicipin sedikit..mungkin kurang rasanya ... Batal gk .. Pk H.Brilly...hukum gmn....mtr nuwun....

 Ditanyakan oleh Ibu *Liana Silvia* pada _18 Mei 2017_

_Jawaban_
 Mencicipi masakan adalah mencoba/mengetes rasa bahan konsumsi yang sedang diproses agar ketika matang menjadi masakan yang lezat. Saya juga suka sekali mencicipi masakan ibu saya dan istri saya.

 Mencicipi masakan pada saat berpuasa tathawwu' maupun wajib itu *tidaklah membatalkan puasa*.

綾 Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata,

لَا بَأسَ أَن يَذُوق الخَلَّ أو الشَيءَ مَا لَـم يَدخُل حَلقَه وهو صائم.

“Tidak mengapa mencicipi cuka atau makanan lainnya selama tidak masuk ke kerongkongan saat berpuasa.” *[Shahih Al-Bukhari secara mu’allaq dan Mushannaf Ibnu Abi Syaibah no. 9277]*

Ibnu 'Abbas adalah sahabat Rasulullah yang paling top dalam tafsir Al-Qur`an. Jadi kesimpulan beliau tersebut tentu bukan mengada-ada. Lebih dari itu, Allah mewajibkan kita mengikuti jalannya para sahabat Rasulullah, lihat QS. An-Nisa` (4): 115.

 Jika orang yang puasa menelan makanan yang dicicipi karena tidak sengaja maka dia *tidak wajib qadha*, dan dia lanjutkan puasanya baik puasa tathawwu' maupun wajib.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من نسي وهو صائم ، فأكل أو شرب فليتم صومه ، فإنما أطعمه الله وسقاه “. متفق عليه

_“Siapa saja yang lupa ketika puasa kemudian makan atau minum maka hendaknya dia sempurnakan puasanya, karena Allah telah memberinya makan atau minum.”_ *[Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim]*

 Tapi jangan salah, yang tidak batal puasanya karena mencicipi masakan *hanyalah yang memasak*, orang lain tidak boleh lho ya. Kalau orang lain boleh, bisa-bisa seisi rumah mencicipi masakan semua.

 Yang termasuk dalam mencicipi adalah adalah _mengunyah_ makanan untuk suatu kebutuhan misalnya menyuapi anak yang belum mampu mengunyah. ‘Abdur Razzaq dalam mushannaf-nya membawakan Bab ‘Seorang wanita mengunyah makanan untuk anaknya sedangkan dia dalam keadaan berpuasa dan dia mencicipi sesuatu darinya’. ‘Abdur Razzaq membawakan beberapa riwayat di antaranya dari Yunus dari Al-Hasan Al-Bashri,

رَأَيْتُهُ يَمْضَغُ لِلصَّبِي طَعَامًا وَهُوَ صَائِمٌ يَمْضَغُهُ ثُمَّ يُخْرِجُهُ مِنْ فِيْهِ يَضَعَهُ فِي فَمِ الصَّبِي

“Aku melihat beliau mengunyah makanan untuk anak kecil –sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa-. Beliau mengunyah kemudian beliau mengeluarkan hasil kunyahannya tersebut dari mulutnya, lalu diberikan pada mulut anak kecil tersebut.”

Hanya saja, jika ada makanan lain yang *lebih lembut* atau ada cara selain mengunyahnya misalnya *diblender*, maka lebih baik.

 Bagaimana cara mencicipi masakan yang tidak membatalkan puasa? Prof. Dr. 'Abdullah bin 'Abdurrahman Al-Jibrin dalam Fatawa Ash-Shiyam menjelaskan, “Tidak apa-apa mencicipi makanan jika diperlukan, yaitu dengan cara menempelkannya pada ujung lidahnya untuk mengetahui rasa manis, asin atau lainnya, namun tidak ditelan, tapi diludahkan, dikeluarkan lagi dari mulutnya. Hal ini tidak merusak puasanya.”

 Madzhab Malikiyah dan Syafi'iyyah memandang makruh mencicipi masakan saat berpuasa, kecuali diperlukan. Madzhab Hanafiyah, Hanabilah dan Zhahiriyah memandang tidak apa-apa dan juga tidak membatalkan puasa selama masakan *tidak masuk ke tenggorokan* apalagi sampai ke lambung.

 Dijawab oleh *H. Brilly El-Rasheed, S.Pd.*

Bergabunglah di Grup Whatsapp Islamia di nomor 082140888638

Ikutilah Channel Telegram @manajemenqalbu