Amalan Hebat Pengangkat Derajat (1): Sabar Terhadap Musibah
https://quantumfiqih.blogspot.com/2017/05/amalan-hebat-pengangkat-derajat-1-sabar.html
Musibah adalah segala peristiwa yang
tidak menyamankan untuk pelaksanaan ketaqwaan. Bisul di badan membuat tidak
bisa khusyu’, itu musibah. Kesibukan pekerjaan membuat tidak bisa birrul
walidain atau berbuat baik kepada orang tua, itu musibah. Hujan badai membuat
tidak bisa mengunjungi orang sakit, itu musibah. Ingin memberikan pendidikan
yang baik kepada putra-putri kandung tapi tidak punya ilmu yang memadai, itu
musibah. Sedang berjalan menuju masjid, tertusuk jarum berkarat hingga dzikir
yang sedang dibaca terputus, itu musibah
Apapun yang membuat hidup kita tidak
nikmat, itu musibah. Tentu nikmat dalam konsep syariah. Bukan nikmat yang
dimaui ahli maksiat. Tatkala kita merasakan sesuatu yang tidak enak, itu
musibah. Sekecil apapun yang kita rasakan tidak pas, itu pun musibah. Adapun
kalau ada peristiwa yang tidak cocok dengan keinginan, tapi membuat kita
selamat dari berbuat maksiat, itu bukan musibah, malah merupakan fadhilah (anugerah/karunia)
dari Allah Ta’ala.
Dari ‘Aisyah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menerangkan,
لاَ يُصِيبُ المُؤْمِنَ شَوْكَةٌ فَمَا
فَوْقَهَا إِلاَّ رَفَعَهُ الله بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْهُ بِهَا خطيئة
“Tidaklah sebatang ranting runcing mencederai
orang yang beriman, atau lebih dari itu, kecuali Allah angkat derajatnya, dan
Allah hapus dengannya darinya kesalahannya.” [Shahih: Sunan At-Tirmidzi; Shahih
Ibnu Hibban. Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 13689]