Dahsyatnya Bahaya Lisan | UBER (Ustadz H. Brilly El-Rasheed, S.Pd.) | Kuliah Whatsapp Kajian Online



KULWA (Kuliah Whatsapp) KAJOL (Kajian Online)

Grup Whatsapp Motivasi Hijrah Akhwat

Selasa, 18 Februari 2020

Dahsyatnya Bahaya Lisan

Oleh UBER (Ustadz H. Brilly El-Rasheed, S.Pd.)


Ma'asyiral-Viewers was-Subscribers rahimani wa rahimakumullah

Sobat hijrah yang disayang Allah


Sejatinya, lisan sama dengan semua anggota tubuh kita dalam hal keharusan menjaganya dari dosa. Sebagaimana kita wajib menghindarkan mata dan kemaluan kita dari maksiat, kita juga tertuntut untuk menjauhkan lisan dan qalbu kita dari berbuat durhaka kepada Allah. Sepakat?


Abu Sa’id Al-Khudhri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ: اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ، فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنْ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا

“Bila manusia berada di waktu pagi, seluruh anggota badan tunduk kepada lisan lalu berkata, “Takutlah kepada Allah untuk kami, kami bergantung padamu. Bila Engkau lurus, kami pun lurus. Dan bila Engkau bengkok, kami pun bengkok.” [Jami’ At-Tirmidzi no. 2407]


Di zaman media sosial sekarang ini, jemari kita sudah menjadi lisan kedua kita. Kita sering banget menulis dan mengomentari sesuatu di media sosial meski lisan kita tertutup rapat namun hasil ketukan jemari kita di smartphone bisa lebih dahsyat dampaknya. Betul?


Di KAJOL KULWA kali ini kita akan menelisik seberapa dahsyat bahaya lisan. Ready? Kalau sudah ready, ambil camilan, ambil kopi atau teh, baru kita fokus. Kalau terbiasa belajar tanpa ditemenin apa-apa, malah bagus. Langsung kita fokus pada satu hadits ya biar KAJOL KULWA kita tidak panjang. Kalau mau panjang, mesti KAJOF (Kajian Offline). Cekidot!


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قِيلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ فُلَانَةً تَقُومُ اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ، وتفعلُ، وتصدقُ، وَتُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا؟ فَقَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا خَيْرَ فِيهَا، هِيَ من أهل النار قَالُوا: وَفُلَانَةٌ تُصَلِّي الْمَكْتُوبَةَ، وَتَصَّدَّقُ بِأَثْوَارٍ، وَلَا تُؤْذِي أَحَدًا؟ فَقَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هِيَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Dikatakan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya fulanah (seorang wanita) rajin mendirikan shalat malam, gemar puasa di siang hari, mengerjakan (kebaikan) dan bershadaqah, tapi sering menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk penghuni Neraka.” Mereka (para sahabat) berkata (lagi), “Fulanah (lainnya hanya) mengerjakan shalat wajib, dan bershadaqah dengan beberapa potong keju, tapi tidak (pernah) menyakiti seorang pun.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah penghuni Surga.” [Al-Adab Al-Mufrad li Al-Bukhari, Beirut: Dar Al-Basya’ir Al-Islamiyyah, 1989, h. 54-55]


Sebelum kita pelajari fiqih hadits, saya minta semua viewers untuk membaca hadits tersebut matan (teks ‘Arab) dan terjemahannya tiga kali dengan penuh ketelitian pada susunan kalimatnya. Yak, saya beri waktu 5 menit. 


Sudah dibaca tiga kali?


Ma'asyiral-Viewers was-Subscribers rahimani wa rahimakumullah

Sobat hijrah yang disayang Allah


Baik, kesan pertama ketika membaca hadits ini, saya melihat, lho ternyata ada juga aktifitas gosip di zaman Nabi. Iya kan? Hadits tersebut kan ceritanya ngegosipin wanita yang buruk dan wanita yang baik. Berarti ngegosipin itu boleh? Eits, ya ngga mutlak boleh lah, sekalipun ada hadits yang menceritakan aktifitas gosip. Diterangkan oleh Syaikh Dr. ‘Ali bin Yahya Al-Haddadi dalam laman resmi beliau www.haddady.com,

جواز ذكر الشخص بما فيه من العيب إذا كان لقصد شرعي كالاستفتاء أو التظلم أو كان من أهل البدع فتذكر بدعته وغلطه حتى يحذر الناس منه فهذا ليس من الغيبة المذمومة بل هو من النصيحة المحمودة. 

“Boleh ngegosipin seseorang yang punya aib asalkan untuk tujuan syar’i seperti ingin mendapatkan fatwa atau mengadukan kezhaliman atau orang tersebut ahli bid’ah lalu digosipin bid’ah dan keangkuhannya biar orang-orang menghindarinya. Ini tidak termasuk ghibah yang tercela, justru termasuk nasehat yang terpuji.”


But, kita mesti cermati, dalam hadits tersebut, para shahabat hanya menyebut ‘fulanah’ tanpa menyebut siapa namanya, rumahnya dimana, siapa keluarganya. Jadi demi keamanan, sekalipun tujuannya ingin mendapatkan fatwa, sebut saja ‘bunga’ atau ‘mawar’ atau lainnya, alias anonim saja.


Lebih dari itu, kita juga perlu teliti, apakah hadits ini khusus untuk wanita tersebut yang sedang digosipin, atau berlaku untuk semua wanita? Selanjutnya, kita harus juga mempelajari, apa makna, “Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk penghuni Neraka.” itu berarti dia bukan muslimah, mati kafir, dan abadi di Neraka hanya gara-gara menyakiti tetangga ataukah termasuk penghuni Neraka tapi tidak kekal dan ‘adzab Nerakanya ‘hanya ringan’ saja?


Pertanyaan juga, apakah sama Surga yang dimasuki orang yang shalat wajib saja dan bershadaqah tapi tidak menyakiti seorangpun dengan Surga yang dimasuki orang yang rajin shalat wajib dan shalat sunnah, bershadaqah banyak dan tidak menyakiti siapapun? Selanjutnya, frasa ‘la khaira fiha’, huruf ha itu ruju’ kepada wanita atau kepada amaliyyahnya yang hebat atau kepada perbuatannya menyakiti tetangga? Apakah hanya jika menyakiti tetangga saja, tidak termasuk menyakiti orang-orang yang bukan tetangga?


Simpan pertanyaan-pertanyaan ini! Kapan-kapan, doakan saya untuk sempat membongkar semuanya secara total agar tidak ada lagi pertanyaan-pertanyaan tersebut. Bersedia kan?


‘Kita kembali ke laptop’. Fokus kita sekarang adalah dahsyatnya bahaya lisan. Sependek pengetahuan saya, para ulama satu kata dalam mengambil hikmah dari hadits ini bahwa kita lisan kita sangat berbahaya jika kita lepas bebas. Bahwa lisan kita bisa memasukkan kita ke Neraka manakala lisan kita menyakiti orang lain.


Di sini, kita berhajat untuk mengetahui, lisan yang menyakiti yang bisa membuat masuk Neraka, dalam hadits tersebut, itu yang seperti apa? Bentuk menyakitinya itu apakah dengan mencium ajnabi (orang yang bukan mahram)? Apakah dengan menggigitkan bibir ke telinga orang lain? Apakah dengan menyeruput minuman orang lain tanpa izin? Apakah lisan yang menyakiti perasaan orang lain dengan standar ‘menyakiti’ yang seperti apa? Aktifitas lisan sebagai bibir fisik atau sebagai pengujar kata-kata? 


Mmmm, maaf, kalau kajian saya terlalu banyak tanda tanya. Maklum, ilmu agama Islam itu luas. Kita mesti teliti dalam membaca Al-Qur`an dan As-Sunnah, sebab beda kata beda makna beda faidah. Dalil-dalil agama juga tidak cukup dipahami dengan menerjemahkannya melalui Google Translate. Begitupula, mengambil sebuah kesimpulan itu tidak cukup hanya satu atau dua hadits.


Kalau ingin mengetahui syarah hadits ini, simak keterangan Syaikh Prof. Dr. Ibrahim Ad-Duwaisy,

في هذا الحَديثِ يقولُ أبو هُريرةَ رَضِيَ اللهُ عنه: "قِيل للنَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: يا رسولَ الله، إنَّ فلانةَ"، هذا كِنايةٌ عن اسمِ امرأةٍ مَعروفةٍ، "تقومُ اللَّيلَ"، أي: تَتهجَّدُ وتَتنفَّلُ في اللَّيلِ، "وتَصومُ النَّهارَ"، أي: تَطوُّعًا وقُربةً للهِ، "وتَفعَلُ، وتَصَّدَّقُ"، هذا كلُّه كِنايةٌ عن فِعلِها الطَّاعاتِ والعباداتِ، وإكثارِها مِن النَّوافلِ، "وتُؤذِي جِيرانَها بلِسانِها؟"، أي: تَعتدي عليهم بالقولِ السَّيِّئِ، وجاء التَّقييدُ باللِّسانِ للتَّقليل مِن الإساءةِ والإيذاءِ الذي يَقَعُ منها؛ لأنَّ الإيذاءَ بالفِعلِ أَفحشُ وأغْلَظُ، وكذلك فإنَّ أكثرَ ما يقَعُ للجارِ مِن إيذاءٍ إنَّما يكونُ باللِّسانِ، فقال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: "لا خيرَ فيها، هي مِن أهلِ النَّارِ!"، أي: إنَّ كثرةَ العباداتِ والطَّاعاتِ لا تُغني عن صاحبِها إذا ما تداخَلَ معها إيذاءُ الآخرينَ، وبالأخصِّ الجيرانُ، حتَّى لو وقَعَ هذا الإيذاءُ بالقولِ دُونَ الفعلِ، "قالوا"، أي: صحابةُ النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: "وفلانةُ تُصلِّي المكتوبةَ"، أي: تَقتصِرُ على الفَريضةِ على عَكسِ المرأةِ الأُولَى التي تُكثِرُ مِن النَّوافلِ، "وتَصَّدَّقُ بأَثْوارٍ"، أي: القِطَعِ مِن الأَقِطِ، وهو اللَّبنُ المُجفَّفُ، "ولا تُؤذِي أحدًا، فقال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: هي مِن أهلِ الجنَّةِ"، وذلك ببَركةِ إحسانِها إلى جِيرانِها، ولم يَقَعْ منها ما فيه مَعصيةٌ؛ لأنَّ مَدارَ أمْرِ الدِّينِ على اكتِسابِ الفرائضِ واجتِنابِ المعاصي.


[https://safeyoutube.net/w/ZRng]


Buat yang belum bisa bahasa ‘Arab, skip aja. Kita kembali ke laptop lagi. Kita fokus pada ‘dahsyatnya bahaya lisan’. Dari hadits yang kita obrolin, kesimpulan paling penting adalah bahwa kita harus menjaga lisan agar tidak membahayakan kita. Lisan kita bisa membahayakan kita secara pribadi, membahayakan keluarga kita, membahayakan masyarakat sekitar kita, dan membahayakan agama kita. Bahayanya di dunia dan di Akhirat.


Ma'asyiral-Viewers was-Subscribers rahimani wa rahimakumullah

Sobat hijrah yang disayang Allah


Pertanyaan besarnya adalah apa saja sebenarnya aktifitas-aktifitas lisan yang buruk yang mesti kita tinggalkan karena bisa membuat kita masuk Neraka? Banyak sekali. Bisa menyebutkan dalam bahasa ‘Arab? Mmm, dalam bahasa Indonesia saja deh. Coba ketik di aplikasi note di smartphone, atau tulis di kertas. Saya kasih waktu lima menit. 


Kidzb (dusta/bohong), Ghisy (menipu), Sibab (mencela), Namimah (adu domba), Ghibah (gosip), Laknat (mengutuk), Rafats (porno/jorok), Al-Yamin Al-Ghamus (janji palsu alias PHP), Syahadah Az-Zur (kesaksian palsu), Laghw (ngalor-ngidul yang melalaikan dari Allah), Al-Halif Al-Kadzib (sumpah palsu), Iftira` ‘ala Allah (mengada-ada atas nama Allah), de-el-el, banyak bro-sis.


Intinya adalah kita harus banyak memperhitungkan dengan matang setiap kata yang hendak kita ucapkan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ

“Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka.” Shahih Al-Bukhari dan Muslim]


Tentu untuk bisa mempertimbangkan, kita harus kaya ilmu. Oleh karena itu, saran saya, perbanyak ilmu tentang dosa-dosa lisan. Kebetulan saya juga jualan buku-buku Islam tentang akhlaq. Boleh pesan ke saya. Bisa juga beli di toko-toko buku terdekat di kota Anda.

Qalbu dan lisan itu ibarat geriba dan air yang ada di dalamnya. Apa yang dikeluarkan oleh lisan adalah apa yang ada di dalam qalbunya. Bila qalbunya baik, maka lisan hanya akan mengucapkan kata-kata yang baik. Seperti bila isi geriba adalah air yang baik, maka geriba hanya mengeluarkan air yang baik tersebut. Begitu pula sebaliknya. Maka cara yang paling tepat dan paling awal untuk berhasil menjaga lisan adalah dengan menjaga qalbu baik-baik.

Anas Rodhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ

“Tidak akan istiqamah/lurus iman seorang hamba hingga qalbunya istiqamah/lurus. Sedangkan qalbunya tidak akan istiqamah/lurus hingga istiqamah/lurus lisannya” [Musnad Ahmad]


Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq Al-Badr menuturkan,

فاذا استقام القلب استقمت الجوارح و اذا استقام اللسان  استقمت الجوارح و اللسان ترجمان القلب و خليفته في ظاهر البدن

“Jika qalbu istiqamah maka anggota badan pun istiqamah. Jika lisan istiqamah maka anggota badan pun istiqamah. Karena lisan adalah penerjemah qalbu juga merupakan khalifah/pengganti qalbu pada zhahir anggota badan”. 

فاذا اسند القلب الى اللسان الامر نفذ فاللسان تابع للقلب و الجوارح تالعة لهما

“Jika qalbu dan lisan membantu sebuah perkara maka perkara tersebut akan terlaksana. Lisan merupakan pengikut bagi qalbu sedangkan seluruh anggota badan mengikuti keduanya (qalbu dan lisan –pen)”. [‘Asyaru Qawa’id fii Al-Istiqamah hal. 22-25 terbitan Dar Al-Fadhilah]

Resep kedua untuk mudah mengendalikan lisan adalah dengan banyak berdoa kepada Allah. Nabi pernah memberikan satu resep mujarab berupa doa untuk mendapatkan taufiq dari Allah agar terhindar dari bejatnya lisan.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِي وَمِنْ شَرِّ بَصَرِي وَمِنْ شَرِّ لِسَانِي وَمِنْ شَرِّ قَلْبِي وَمِنْ شَرِّ مَنِيِّي

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan pendengaran, penglihatan, lisan, qalbu, dan maniku.” [Sunan Abu Dawud no. 1551; Sunan At-Tirmidzi no. 3492]

Resep ketiga, senantiasa sadar diri untuk mengoreksi niat dan fungsi ucapan yang akan dilontarkan. An-Nawawi menasehatkan, “Hendaklah seseorang tidak berbicara kecuali apabila perkataannya membawa kebaikan, dan kapan saja ia ragu apakah membawa kebaikan dalam perkataannya (atau malah keburukan), maka hendaklah ia tidak berbicara.” [Syarh Riyadh Ash-Shalihin, Ibnu ‘Utsaimin, 6/155]

Resep keempat, selalu berlatih dan membiasakan diri untuk mengucapkan kata-kata yang baik. Asy-Syaikh Mahmud Al-Khazandar dalam Hadzihi Akhlaquna menyarankan, “Perkataan yang baik dapat terjadi dengan pelatihan dan pembiasaan, demikian pula perkataan yang buruk. Lisan akan mengeluarkan kata-kata yang biasa ia ucapkan. Hanya dengan kesungguhan, lisan dapat terjaga. Sedikit saja kita lengah, maka lisan kita akan terpeleset.” 

Ma'asyiral-Viewers was-Subscribers rahimani wa rahimakumullah

Sobat hijrah yang disayang Allah

Mungkin KAJIAN kita tentang dahsyatnya bahaya lisan sudah lengkap. Tinggal kita review (baca ulang) lagi untuk mengenggam hikmah lebih banyak lagi. 

[18/2 21.10] Halimatus Sa'diyah Pamekasan BCQUFI2: Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh Nama: Halimatus Sa'diyah Asal : Madura Pertanyaan: maaf sebelumnya ustadz,,bagaimana jika itu menjadi suatu kenikmatan utk kami yg suka ngegosip dan menjadi kebiasaan kami hingga tak jarang kami malah menyebarluaskan aib tsb? Dan jika memang itu termasuk nasehat terpuji lalu knp tidak kita sampaikan secara pribadi terhadap individu yg bersangkutan,,karena jika kita menyebar aib nya malah akan membuat ia malu? Afwan ustadz saya kurang faham🙏

[18/2 21.16] Brilly Elrasheed: Alhamdulillah, jika kita cermat ketika berkali2 membaca dan merenungi hadits tadi, kita akan memahami, bahwa tujuan para shahabat ngegosipin dua wanita tersebut adalah ingin tahu hukum amaliyah dua wanita tersebut, BUKAN BERARTI para shahabat tidak menasehati wanita yang buruk secara *empat mata*. Aktifitas menasehati empat mata itu sudah jadi tradisi/kebiasaan, ga pake diceritain lagi dalam catatan sejarah. Kalau gosip sudah jadi kenikmatan, berarti salah kita sendiri, Kita lah yang mesti MENSTOP gosip, langsung SKIP ganti obrolan lain, atau pergi aja dari majelis gosip tersebut


Googling ya http://bit.ly/biografibrillyelrasheed

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

🔔 Follow semua media sosial Broadcast Quantum Fiqih di kontakk.com/@quantumfiqih


🎁 Sampaikan Konsultasi Syariah dan Fiqih melalui whatsapp 0821-4088-8638 dengan memperkenalkan diri dan kota domisili, untuk beragam persoalan mulai Aqidah, Ibadah, Mu'amalah, Akhlaq, Nikah dan Keluarga, Sirah/Tarikh, dan lain sebagainya. Sudah ada hampir 400 tanya jawab yang kami layani secara tertulis.


📺 Kepoin instagram.com/pejuangshalatsunnah untuk mendapatkan booster semangat merutinkan shalat wajib dan shalat sunnah. 


📺 Belanja mushaf Al-Quran cantik dan istimewa di instagram.com/gudangkitabsucialquran. 


Related

Akhlaq 239006783287609997

Posting Komentar

emo-but-icon

Quran Kreatif-Inovatif-Inventif

Quran Kreatif-Inovatif-Inventif
Juga Menerima Custom 0821-4088-8638

Recommended

Benefits of Hijrah | Tadabbur Tafakkur Tafaqquh Tafahhum QS. An-Nisa': 22 | UBER (Ustadz H. Brilly El-Rasheed, S.Pd.) |Kuliah Whatsapp Kajian Online

KULWA (Kuliah Whatsapp) KAJOL (Kajian Online) Grup Whatsapp Mutiara Dakwah Rabu, 26 Februari 2020 Benefits of Hijrah (Tadabbur Q...

Cari Blog Ini

Hot in week


Desain Majalah Islami

Desain Majalah Islami
Desain Majalah Islami

Toko Buku Brilly

Toko Buku Brilly
Toko Buku Brilly

Total Tayangan Halaman

item