Benarkah 'Ujub Menghapus Amal Baik Tujuh Puluh Tahun? | Konsultasi Syari'ah & Fiqih | Brilly El-Rasheed


AL-KASYF (Layanan Konsultasi Syari’ah & Fiqih) No.
*454 - Sebahaya Apa ‘Ujub?*

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
_Pertanyaan_
🍿 Saya pernah baca bahaya ‘ujub sebahaya hasad. Benarkah hanya gara-gara ‘ujub dan hasad 1 hingga 5 detik bisa menghapus banyak catatan amal kebaikan?

📝 Ditanyakan oleh Saudari *Indahsari* (0896-7750-9646) pada _13 Juli 2023_ via tatap muka

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
_Jawaban_
📒 Benar. Hasad walaupun hanya 1 sampai 5 detik bisa menghapus banyak catatan amal kebaikan. Hasad artinya iri atau dengki. ‘Ujub artinya bangga pada diri sendiri. Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ أَوْ قَالَ الْعُشْبَ
“Jauhilah hasad (dengki), kerana hasad dapat memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar.” *[Dha’if: Sunan Abu Dawud]*

🏮 Hadits ini dikomentari oleh Ustadz Kibar Salafi-Wahhabi yaitu Dr. Firanda Andirja, M.A., “Hadis ini adalah hadis yang dhaif (lemah) karena terdapat perawi yang majhul (tidak dikenal) di dalam sanad periwayatannya. Namun para ulama sepakat dengan benarnya kandungan maknanya. Oleh karena itu, para ulama mencantumkan hadis ini di dalam kitab-kitab mereka. Seperti Imam Al-Mundziriy di dalam kitabnya At-Targhib wat Tarhib dan Imam An-Nawawi dalam Riyadhush Shalihin. Demikianlah kebiasaan para ulama, terkadang mereka mencantumkan hadis-hadis yang sanadnya dhaif di dalam kitab-kitab mereka karena makna atau kandungan hadis tersebut benar.” *[https://bekalislam.firanda.com/6411-peringatan-tentang-bahaya-penyakit-hasad-hadis-1.html]*

📦 Demikian halnya ‘ujub juga menghapus catatan amal kebaikan sekalipun ‘ujub hanya 1 sampai 5 detik. Dari Al-Husain bin ‘Ali, Nabi bersabda,
إنّ العُجْبَ لَيُحِبطُ عَمَلَ سَبْعِينَ سَنَةً
“Sesungguhnya ‘ujub benar-benar menghapus amal tujuh puluh tahun.” *[Dha’if: Musnad Al-Firdaus li Ad-Dailami. Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 2074]*

🕰️ Sebenarnya logika normal tidak janggal jika ‘ujub yang hanya 1 sampai 5 detik bisa menghapus banyak catatan amal kebaikan selama 70 tahun. Nalarnya adalah sama dengan Allah menjadikan penghuni Surga kekal selama-lamanya tanpa akhir padahal amalnya di dunia hanya sekian tahun. Aksiomatikanya juga sama dengan Allah menjadikan orang-orang kafir kekal di Neraka selama-lamanya tanpa akhir padahal mungkin murtadnya 1 hari atau bahkan 1 detik menjelang wafat. Kenapa bisa demikian? Karena Allah sangat menghargai iman dan sangat membenci kufur sementara Allah berhak melakukan apa saja sebagai balasan atas perbuatan hamba tanpa ada yang berhak menggugat.

🛍️ Dalam beberapa kitab tashawwuf, sebagaimana diceritakan oleh Gus Baha atau K. H. Ahmad Bahauddin bin Nursalim bahwa terdapat sebuah kisah seseorang yang tidak pernah maksiat dan hidupnya sangat tha’at. Orang tersebut lalu masuk Surga. Kemudian orang itu ditanya oleh Allah, “kamu masuk surga karena apa?” “Saya karena tidak pernah maksiat, tha’at terus,” jawab orang tersebut. Kemudian Allah menjawab, “Ya sudah kamu di sini saja delapan puluh tahun.” Si ahli ibadah yang tak pernah maksiat ini kemudian protes. “Katanya Surga itu selamanya lama?” “Iya kata kamu kan karena amal kamu, amal kamu di dunia kan hanya delapan puluh tahun, berarti Surgamu 80 tahun, karena kamu menganggap masuk surga karena amal kamu.” “Tapi kata njennengan Surga itu lamanya lama?” “Yang selamanya lama itu fadhal-Ku, itu tidak ada habisnya. Kalau amal kamu kan ada habisnya.”

📻 Saya tidak tahu sanad riwayat Gus Baha` tersebut, yang jelas ada sanadnya, beliau tahu, saya tidak tahu. Riwayat yang saya temukan senada dengan riwayat Gus Baha`, inipun berbekal Al-Maktabah Asy-Syamilah adalah sebagai berikut, agak panjang namun intinya sama, yakni bahwa Allah bisa saja menghapus perbuatan baik sebanyak apapun hanya karena dosa kecil, bisa saja, sekali lagi bisa saja, bukan berarti pasti dan selalu.

🏛️ Jabir bin Abdullah mengisahkan, “Pada suatu Rasulullah ﷺ keluar menemui kami (para sahabatnya) dan bercerita, “Jibril baru saja keluar dari tempatku. Ia berkata, ”Wahai Muhammad, demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran. Sesungguhnya Allah ﷻ memiliki seorang hamba yang telah menyembah kepada Allah ﷻ selama 500 tahun. Ia tinggal di atas sebuah bukit yang panjang dan lebarnya 30 x 30 hasta. Bukit itu dikelilingi lautan seluas 4.000 farsakh (±32.000 km ) dari segala penjuru (1 farsakh = 8 km atau 3¼ mil). Bukit itu memiliki satu mata air sebesar ibu jari yang memancarkan air nan bening untuknya. Ia menetap di bawah bukit itu. Untuk keperluan makan, sebatang pohon delima setiap malam memberinya satu buah yang matang. Hari-harinya ia habiskan untuk beribadah. Bila sore menjelang, ia turun dari atas bukit dan melakukan wudhu. Kemudian ia mengambil buah delima itu dan memakannya, lalu ia melaksanakan shalat.
Sebelum meninggal, ia memohon kepada Allah ﷻ agar mencabut nyawanya saat sedang bersujud dan agar jangan memberi kesempatan kepada bumi atau benda-benda lainnya merusak jasadnya, sampai ia dibangkitkan kembali pada hari Kiamat nanti dan tetap dalam keadaan bersujud. Jibril berkata, “Maka Allah ﷻ mengabulkan permintaannya”. Kami selalu melewatinya bila kami turun ke bumi dan bila kami naik kembali ke langit. Kami mendapatkan kabar dalam ilmu (Tuhan) bahwa ia akan dibangkitkan pada hari Kiamat, kemudian didudukkan di hadapan Allah ﷻ, dan Allah ﷻ berfirman, “Masukkanlah hamba-Ku ini ke Surga atas berkat rahmat-Ku.” Ahli Ibadah berkata, ”Tapi wahai Tuhanku, masukkanlah hamba ke Surga atas berkat amal perbuatanku.” Allah ﷻ berfirman, “Masukkanlah hamba-Ku ke Surga atas berkat rahmat-Ku.” Ahli Ibadah itu bersikeras (tidak mau), “Wahai Tuhanku, masukkanlah hamba ke Surga atas berkat amal perbuatanku.”
Allah ﷻ berfirman, “Masukkanlah hamba-Ku ke Surga atas berkat rahmat-Ku!” Ahli Ibadah itu masih bersikeras, “Wahai Tuhan-ku masukkanlah hamba ke Surga atas berkat amal perbuatanku.” Lalu Allah ﷻ menjelaskan, “Timbanglah pada hamba-Ku ini antara nikmat yang telah Aku berikan dengan amal perbuatannya.” Maka didapati bahwa nikmat penglihatan telah meliputi ibadah selama 500 tahun itu, belum lagi nikmat-nikmat badan yang lainnya. Maka Allah ﷻ berfirman, ”Kalau begitu, masukkan ia ke dalam Neraka saja!” Ketika Ahli Ibadah itu diseret ke Neraka maka ia pun berkata, ”Wahai Tuhanku, masukkanlah aku ke dalam Surga dengan rahmat-Mu.” Lalu Allah ﷻ berfirman kepada malaikat, ”Bawakan ia ke mari!” Maka didatangkan Ahli Ibadah tadi di hadapan Allah ﷻ. Kemudian Allah ﷻ bertanya pada Ahli Ibadah, ”Siapakah yang menjadikan kamu dari tidak ada (menjadi ada)?” Ahli Ibadah menjawab, ”Engkau, wahai Tuhanku”. Allah ﷻ bertanya pada Ahli Ibadah, “Apakah semua itu dari usahamu atau sebab rahmat-Ku?” Ahli Ibadah menjawab, ”Bahkan semua itu sebab rahmat-Mu” Allah ﷻ bertanya pada Ahli Ibadah, ”Siapa yang telah memberikan kekuatan untuk melaksanakan ibadah selama 500 tahun?” Ahli Ibadah menjawab, ”Engkau wahai tuhanku”. ”Siapa Dzat yang telah menempatkanmu di sebuah bukit yang terletak di tengah-tengah deburan ombak samudra, mengeluarkan mata air tawar dari air yang asin, mengeluarkan buah delima setiap malamnya padahal delima hanya berbuah sekali dalam setahun, dan engkau telah meminta-Nya agar mencabut nyawamu saat engkau sedang bersujud dan mengabulkan semua permintaanmu itu?” Ahli Ibadah menjawab, “Engkau wahai Tuhanku.” Allah ﷻ berfirman, ”Semua itu berkat rahmat-Ku dan dengan rahmat-Ku pula engkau masuk Surga. Masukkanlah hamba-Ku ini ke Surga! Sebaik-baik hamba adalah engkau wahai hamba-Ku.” Maka Allah ﷻ memasukkannya ke Surga. Malaikat Jibrail berkata, ”Segala sesuatu itu terjadi hanya dengan rahmat Allah ﷻ, wahai Muhammad.” *[Al-Mustadrak li Al-Hakim no. 7745. https://islamqa.info/ar/answers/382079/]*

🧀 Mungkin masih menggelayut sedikit pengingkaran, “Ah, toh haditsnya dha’if, jadi tidak usah takut banget benar-benar terhapus amal shalih 70 tahun hanya karena ‘ujub sedetik-dua detik.” Keliru! Kita tetap harus takut kalau-kalau benar-benar itu terjadi sehingga kita sangat berhati-hati agar tidak terhinggapi penyakit ‘ujub. Sebagaimana kalau kita baca syarah hadits tentang hari Rabu setiap akhir bulan adalah hari nahas yang terus-menerus, maka dijelaskan oleh para ulama seperti dalam kitab Faidh Al-Qadir bahwa hadits tersebut adalah berposisi sebagai tahdzir (peringatan) dan takhwif (penakutan). Sehingga jangan sekali-kali mencoba, “Haditsnya dha’if saja kok, ‘ujub-’ujub sedikit tidak masalah, tidak akan terhapus sampai 70 tahun amal-amal baik saya.” 

وَرَوَى ابْنُ الْمُبَارَكِ بِإِسْنَادِهِ فِي كِتَابِ " الْبِرِّ وَالصِّلَةِ " عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: عَبَدَ اللَّهَ رَجُلٌ سَبْعِينَ سَنَةً ثُمَّ أَصَابَ فَاحِشَةً، فَأَحْبَطَ اللَّهُ عَمَلَهُ، ثُمَّ أَصَابَتْهُ زَمَانَةٌ وَأُقْعِدَ، فَرَأَى رَجُلًا يَتَصَدَّقُ عَلَى مَسَاكِينَ، فَجَاءَ إِلَيْهِ، فَأَخَذَ مِنْهُ رَغِيفًا، فَتَصَدَّقَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ، فَغَفَرَ اللَّهُ لَهُ، وَرَدَّ عَلَيْهِ عَمَلَ سَبْعِينَ سَنَةً. 
📜 Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali menukil riwayat Ibnu Al-Mubarak dalam kitab Al-Birr wa Ash-Shilah dari Ibnu Mas’ud, yang mengisahkan, dan kisah ini jelas marfu’, “Seseorang beribadah kepada Allah 70 tahun kemudian berbuat kekejian, Allah hapuskan seluruh catatan amalnya, kemudian berlalu waktu hingga menjadi lumpuh, dia melihat seseorang bershadaqah kepada orang-orang miskin, dia menemuinya, dia ambil shadaqah darinya sekerat roti kemudian dia shadaqahkan kepada orang miskin, Allah pun mengampuninya dan mengembalikan catatan amalnya yang 70 tahun terhapus sebelumnya.” *[Jami’ Al-’Ulum wa Al-Hikam 1/437, tahqiq Al-Arna`uth]*

🪩 Lebih dari itu, dijelaskan oleh Imam Al-Munawi bahwa Nabi menyebut ‘ujub menghapus amal shalih 70 tahun, sesungguhnya 70 tahun tersebut bukan angka pasti melainkan hanya kiasan untuk waktu yang panjang dan lama. *[Faidh Al-Qadir]* Artinya bisa jadi yang terhapus bukan 70 tahun tapi hanya 1 tahun, 1 bulan, 1 pekan, atau mungkin juga amal shalih selama 1.000 tahun. Semua tergantung Allah. Namun Imam Al-Munawi mengutip syarah Imam Al-Haramain yang diriwayatkan Imam Al-Ghazali bahwa yang dihapus bukan pokok pahala amal selama 70 tahun tapi hanya menghapus pelipatan pahala dari amal. *[Faidh Al-Qadir]* Seperti amal-amal dalam lailatul-qadr yang dikalilipatkan pahalanya seperti beramal selama 1.000 bulan, nah pahala-pahala semacam itulah yang dihapus oleh ‘ujub dengan hitungan setara 70 tahun, sehingga pokok pahala amal tetap ada, seperti pahala shalat, pahala zakat, pahala dzikir yang standar sekalipun dilakukan dalam lailatul-qadr.

📚Intinya, kita tetap harus waspada dari hasad dan ‘ujub yang memang sangat halus. Kita harus mengaktifkan pikiran kita untuk meraba-raba, jangan-jangan kita hasad dan ‘ujub tanpa sadar. Bersamaan dengan itu, sesungguhnya jika kita hasad dan ‘ujub lalu kita sambung segera dengan taubat maka hasad dan ‘ujub tersebut tidak jadi menghapus catatan amal kebaikan kita.

📝 Dijawab oleh *Ust. H. Brilly El-Rasheed, S.Pd., M.Pd.*
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
📣 Pengumuman Penerimaan Santri Baru Pesantren Mahasiswa Dar Al-Madzahib Al-Islamiyyah, Sumlaran, Sukodadi, Lamongan, Jawa Timur yang berlokasi 1 Km dari Kampus UNISDA. 

🪺 Saldo infaq yatim Rp 800.000,- (Update 8 Juli 2023). Ada 34 anak yatim asuhan kami. Setiap acara MAYAPADA (Majelis Yatim Piatu Dhu'afa) masing-masing anak mendapat Rp 100.000,- dan konsumsi.

Related

Fiqih Akhlaq 5824544141400915592

Posting Komentar

emo-but-icon

Quran Kreatif-Inovatif-Inventif

Quran Kreatif-Inovatif-Inventif
Juga Menerima Custom 0821-4088-8638

Recommended

Benefits of Hijrah | Tadabbur Tafakkur Tafaqquh Tafahhum QS. An-Nisa': 22 | UBER (Ustadz H. Brilly El-Rasheed, S.Pd.) |Kuliah Whatsapp Kajian Online

KULWA (Kuliah Whatsapp) KAJOL (Kajian Online) Grup Whatsapp Mutiara Dakwah Rabu, 26 Februari 2020 Benefits of Hijrah (Tadabbur Q...

Cari Blog Ini

Hot in week


Desain Majalah Islami

Desain Majalah Islami
Desain Majalah Islami

Toko Buku Brilly

Toko Buku Brilly
Toko Buku Brilly

Total Tayangan Halaman

item