Hadits Semua Bayi Terlahir Fithrah Bukan Bermakna Terlahir Islam | Khutbah Taujih Tarjih Fatwa Bahtsul Masail | Konsultasi Syari'ah & Fiqih (KASYAF)

Konsultasi Syari'ah & Fiqih (KASYAF) No. 

*387 - Hadits Semua Bayi Terlahir Fithrah Bukan Bermakna Terlahir Islam*

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

_Pertanyaan_

🧀 Ada hadits, 

ومنهم من يولد كافرا ويحيا كافرا ويموت كافرا

_“Ada anak Adam yang terlahir kafir, hidup kafir, dan mati sebagai orang kafir.”_ Apa hadits ini shahih? Sementara ada juga hadits, 

ما من مولود إلا يولد على الفطرة فأبواه يهودانه وينصرانه ويمجسانه

_“Setiap orang terlahir dalam kondisi fitrah. Kedua orang tuanya lah yang membuat dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”_ Jadi pertnyaan ny kok ada berlawanan dengn hadist ini tadz. Mohon d lurus kan pemhamn saya. Bukan kan d dalam perut sudah d tanyakan. Jadi makna fitroh it apa tadz? Sya denger tausiyah ustdz xxxx ada seorang non muslim bertnya dia seorang muallaf.  D jawab ustdz tsb km it kembali islam karna sudah prjanjian di dalam kandungan bahwa setiap anak sudah kenal rabb ny. 

📝 Ditanyakan oleh Bapak *E. Setiawan* (+62 822-8763-3259) dari Riau pada _18 Februari 2021_ via WhatsApp tanpa editing

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

_Jawaban_

🍀 Di dunia hadits, sudah biasa sebuah hadits distatuskan berbeda-beda, tergantung siapa yang menstatuskan dan sampai derajat apa. Kita sebagai orang awam hanya muttabi' (pengikut). Saya bukan ahli hadits jadi tidak berhak menstatuskan hadits, saya hanya mengikuti ulama yang menshahihkan berikut syarah (penjelasan) terhadap hadits tersebut.

🍟 Ustadz tersebut punya rujukan dari kitab salaf kah? Kita harus kejar apa Kitab yang menjadi dasar siapapun yang berbicara tentang agama, kalau tidak bisa menunjukkan rujukan Kitab klasik, berarti dia hanya main akal saja. Baca kitab-kitab yang lebih klasik, sebab semua orang bisa seenaknya berdalil dengan Al-Quran dan As-Sunnah, tapi belum tentu cara berdalilnya benar. 

🌺 Memaknai hadits juga harus ikut ulama yaitu dengan membaca kitab-kitab mereka, lebih utama kitab-kitab  klasik karena mereka lebih dekat masa hidupnya dengan Nabi. Pemaknaan kita terhadap Al-Qur'an & Al-Hadits adalah sebatas kapasitas kita sebagai manusia sekaligus sebagai pengikut para pewaris Nabi, Soal mana pemaknaan yang benar menurut Allah, nanti keputusannya di Yaumul Hisab, dan kita tidak berdosa akibat mengikuti kesimpulan dari mujtahid yang salah ijtihadnya. 

📒 Sebetulnya kita cukup mendapatkan kesimpulan yang sempurna bahwa fithrah adalah karakter dasar manusia, dengan membaca hadits yang kita bahas dalam riwayat yang lain, sebagai berikut. 

حَدَّثَنَا حَاجِبُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ عَنْ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ ثُمَّ يَقُولُا أَبُو هُرَيْرَةَ وَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ { فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ } الْآيَةَ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ كِلَاهُمَا عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَقَالَ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً وَلَمْ يَذْكُرْ جَمْعَاءَ

Telah menceritakan kepada kami Hajib bin Al Walid telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb dari Az Zubaidi dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Al Musayyab dari Abu Hurairah, dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda, _'Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi -sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat?'_ Lalu Abu Hurairah berkata; 'Apabila kalian mau, maka bacalah firman Allah yang berbunyi, _'…tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah.'_ *[QS. Ar-Rum (30): 30]*. Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah; telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Alaa Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan telah menceritakan kepada kami 'Abd bin Humaid; telah mengabarkan kepada kami 'Abdurrazzaq keduanya dari Ma'mar dari Az Zuhri dengan sanad ini dan dia berkata; 'Sebagaimana hewan ternak melahirkan anaknya. -tanpa menyebutkan cacat.-

🍇 Penjelasan dari sejumlah ulama Salaf, hadits ini tidak berarti setiap bayi terlahir Islam tapi terlahir FITHRAH, dan FITHRAH tidak selalu bermakna Islam. Lebih dari itu kata KULLU dalam lughah itu tidak selalu bermakna SEMUA tapi bisa bermakna BANYAK DIANTARANYA. 

🎁 Dalam Tuhfah Al-Ahwadzi, Syaikh Al-Mubarakfuri berkata, “Hadis ini tidak bertentangan dengan hadis tentang fitrah, karena yang dimaksud fitrah adalah potensi menerima petunjuk (qabiliyyah al-hidayah).” Keterangan senada dari ulama yang lebih klasik lagi yaitu Imam An-Nawawi dalam Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim mengenai hadits fithrah di atas, “Menurut pendapat ashah maksud hadis itu adalah setiap bayi yang dilahirkan (sesuai fithrah yaitu) siap untuk menerima Islam.” Keterangan sejalan juga ada di kitab Faidh Al-Qadir karya Imam Al-Munawi pada syarah hadits no. 6356.

🔥 Jadi, apa kitab klasik/Salaf yang menjadi rujukan orang-orang yang memaknai Fithrah dalam hadits tersebut sebagai Islam? Lagi-lagi kasus penyalahpahaman hadits menjadi cambuk bagi kita agar mempelajari Islam secara serius dari kitab-kitab Arab klasik/Salaf. Kita tidak boleh memahami hadits hanya berdasarkan susunan kalimat/redaksional saja. 

📻 Kesimpulan ini tidak bertentangan dengan firman Allah dalam QS. Al-A'raf (7): 172 dan,

 وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا بِرَبِّكُمْ وَقَدْ أَخَذَ مِيثَٰقَكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

_“Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyerumu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia (Allah) telah mengambil perjanjianmu, jika kamu adalah orang yang beriman.”_ *[QS. Al-Hadid (47): 8]*

🥝 Kenapa tidak bertentangan? Sementara ruh manusia sebelum masuk ke jasadnya yang berupa janin sudah berjanji akan beriman. Fakta ini tidak bertentangan dengan kesimpulan makna Fithrah sebagai kesiapan menerima Islam. Tidak bertentangan karena janji manusia adalah janji yang menjadikannya siap menerima Islam atau justru memilih kafir setelah setiap hari diasuh dan dididik dan diberi makan oleh orang tua yang kafir yang tentu aktifitas hidupnya pasti maksiat. 

📝 Dijawab oleh Abu Abizard *H. Brilly El-Rasheed, S.Pd.* bin H. Yulianto

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

📺 BCQUFI (Broadcast Quantum Fiqih) telah melayani KASYAF (Konsultasi Syariah dan Fiqih) hampir 430 sesi secara gratis/free tanpa syarat, baik secara tatap muka atau jarak jauh, baik lisan maupun tertulis, baik masalah Aqidah, Tafsir, Hadits, Fiqih, Akhlaq, Keluarga, dan lain sebagainya. Sampaikan pertanyaan melalui ustadzjibril@gmail.com atau http://wa.me/6282140888638. Jangan lupa sampaikan nama dan kota domisili. Jika pertanyaan mengandung aib, maka identitas penanya akan dirahasiakan. 

🍇 Belanja Al Quran, Buku Islami, Kurma, Zaitun, Camilan, Kertas HVS, dan lain-lain di www.shopee.co.id/brillyelrasheed

🍉 Sudah kami terima infaq dari Ibu Widyanti dan Pak Widodo sekeluarga sejumlah Rp 1.700.000,- semoga menjadi pembuka keberkahan dari Allah untuk Ibu Widyanti sekeluarga dunia-Akhirat. Belum tersalurkan karena pandemi dan tidak diizinkan Pemerintah setempat untuk mengadakan perkumpulan. 

😎 Alhamdulillah, BCQUFI telah melengkapi perpustakaan dengan koleksi Kitab berbahasa Arab mulai 1 Februari 2021 untuk meningkatkan kualitas layanan. Belanja Kitab menelan biaya Rp 1.261.900,- untuk Kitab Hasyiyah Shawi (4 jilid), Faidh Al-Qadir (6 jilid) dan Ihya' 'Ulumiddin (4 jilid). Terimakasih kami haturkan kepada donatur yang turut berpartisipasi menyumbangkan dana untuk belanja Kitab. Semoga layanan BCQUFI semakin bagus. *Kami masih membutuhkan banyak kitab klasik berbahasa Arab untuk referensi.*