Etos Kerja Muslim dalam Hadits Nabawi
https://quantumfiqih.blogspot.com/2015/04/etos-kerja-muslim-dalam-hadits-nabawi.html
Oleh Muhammad Maftuhin
Sekretaris di QUANTUMFIQIH Corp.
Hadits
Pertama:
الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ
السُّفْلَى وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى
وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَعَنْ
وُهَيْبٍ قَالَ أَخْبَرَنَا هِشَامٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذَا
“Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah, dan
mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-baiknya sedekah itu
adalah dari punggung orang kaya, dan barangsiapa
yang minta dijaga, maka Allah
akan menjaganya dan barang siapa yang minta kaya maka Allah akan memberinya
kecukupan.” (HR. Bukhari)
Dari hadits di atas kita dapat
menyimpulkan:
1. Pemberi lebih baik dari pada penerima, maka dari itu orang dilarang
meminta-minta. Namun budaya sekarang adalah orang suka meminta-minta.
2. Mulai sedekah dari orang yang
ditanggungnya yaitu keluarga yang menjadi tanggungannya, yang wajib diberikan
nafaqah kepadanya. Maka seseorang itu harus bekerja untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya.
3. Sebaik-baik sedekah adalah dari punggungnya orang kaya. Maksudnya dari
orang kaya apabila bersedekah hal itu menunjukkan kesyukurannya.
4. Apabila orang yang beriman dan minta untuk dijadikan kaya dan dia juga berusaha sungguh-sungguh, maka Allah akan mewujudkan
keinginannya itu.
Hadits Kedua:
لَأَنْ يَحْتَطِبَ
أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا
فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ
“Kerja
seseorang memikul kayu bakar di punggungnya lebih baik dari pada ia meminta
kepada seorang baik diberi atau tidak.” (HR. Bukhari)
Islam tidak
mengajarkan untuk meminta-minta, tapi Islam mengajarkan agar manusia itu
bekerja mencari rizki yang halal walaupun pekerjaan itu dianggap hina oleh
kebanyakan orang. Semisal mencari kayu bakar di hutan.
Hinanya pekerjaan dalam kaca mata Islam tidak
dipandang melalui jenis pekerjaan itu tetapi dipandang dari segi rizki yang
dihasilkan, halal ataukah haram. Jadi meskipun seseorang berpenghasilan tinggi,
tapi hasil kerjanya tersebut haram, maka pekerjaan yang dilakukanpun hina dalam
pandangan Islam.
Sedangkan meminta-minta itu merupakan hal yang hina baik itu diberi ataupun ditolak. Meskipun meminta-minta pada dasarnya tidak diharamkan.
Hadits Ketiga:
كَانَ
رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُعْطِينِي الْعَطَاءَ فَأَقُولُ: أَعْطِهِ مَنْ
هُوَ أَفْقَرُ إِلَيْهِ مِنِّي، فَقَالَ: خُذْهُ، إِذَا جَاءَكَ مِنْ هذَا
الْمَالِ شَيْءٌ وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلاَ سَائِلٍ فَخُذْهُ، وَمَا لاَ،
فَلاَ تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ
“Nabi memberikanku
sesuatu kemudian aku berkata: “Berikanlah padanya yang dia lebih butuh dari
pada aku.” Nabi berkata, “Ambillah, ketika sesuatu dari sebagian harta ini
datang padamu, dan kamu bukan orang yang hina dan orang yang minta maka
ambillah, dan jangan itu, maka janganlah kamu mengikutkan nafsumu.”
Hadits ini
memberikan kepahaman bahwa terdapat kebolehan menerima pemberian orang lain
ketika kita tidak meminta hal itu. Karena itu hak kita dan rezeki kita.
Namun jika
meminta, itu yang dibenci oleh agama karena Islam tidak mengajarkan umatnya untuk meminta-minta.
Hadits Keempat:
لَيْسَ الْمِسْكِينُ الَّذِي يَطُوفُ
عَلَى النَّاسِ تَرُدُّهُ اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ وَالتَّمْرَةُ
وَالتَّمْرَتَانِ وَلَكِنْ الْمِسْكِينُ الَّذِي لَا يَجِدُ غِنًى يُغْنِيهِ وَلَا
يُفْطَنُ بِهِ فَيُتَصَدَّقُ عَلَيْهِ وَلَا يَقُومُ فَيَسْأَلُ النَّاسَ
“Bukan
orang miskin orang yang setiap hari berputar-putar d iatas manusia untuk
mencari sesuap atau dua suap nasi dan satu butir atau dua butir kurma, tetapi orang
miskin adalah orang yang tidak menemukan kekayaan yang dicukupkan padanya dan
ia tidak menerimanya maka ia menjadi penerima sedekah, dan tidak merupakan
orang menempati tempatnya kemudian ia meminta pada manusia.” (HR. Bukhari)
Orang miskin adalah orang yang selalu butuh
dan selalu kurang dengan apa yang ia miliki, dan tetap merasa ia masih ingin minta
pada manusia.
Orang yang setiap hari bekerja untuk sesuap nasi bukan
termasuk orang yang miskin, karena ia lebih baik dari pada orang yang minta-minta. Sedangkan orang yang kaya yang kurang
puas dengan kekayaannya ia akan tetap merasa menjadi orang miskin.
Hadits Kelima:
مَا يَزَالُ
الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِي
وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ
“Tidak hentin-hentinya seseorang meminta-minta pada manusia sehingga pda hari Kiamat akan ditimpakan kepadanya yaitu tidak ada secuil daging pun pada wajahnya.” (HR. Bukhari)
Seorang yang
pekerjaannya hanya meminta-minta itu sungguh sangat jelek sekali, sampai-sampai Allah melarangnya. Dan hukumannya berupa tidak ada daging pada wajahnya
atau pun yang lain. Yang ada hanya tulang belulang saja.
Maka dari itu,
seorang itu harus berusaha bekerja untuk memenuhi kebutuhannya walaupun
pekerjaannya hina di mata kebanyakan manusia, tapi itu lebih baik baginya.
Klik untuk order di sini,
https://grahafiqih.wordpress.com/2015/04/08/mendekat-kepada-allah/
https://grahafiqih.wordpress.com/2015/04/08/kutunggu-di-telaga-al-kautsar/
https://grahafiqih.wordpress.com/2015/04/08/golden-manners/