Konsultasi Syariah Benarkah Nabi Tidak Membunuh Tukang Santet

https://quantumfiqih.blogspot.com/2017/11/konsultasi-syariah-benarkah-nabi-tidak.html
Konsultasi Syariah *Nabi Tidak Membunuh Tukang Santet*
_Pertanyaan_
Assalamualaikum mas brilly,
Saya mau tanya terkait lanjutan sebuah hadits Saya pernah membaca sebuah hadits shahih yang menyebutkan tentang asal usul turunnya surat annas alfalaq dan al ikhlas Yang mana ketika itu rasulullah disihir oleh orang yahudi bernama labid, Lalu apa yang dilakukan rasulullah dan para sahabt terhadap sang penyantet labid. Apakh di qishos
Assalamualaikum mas brilly,
Saya mau tanya terkait lanjutan sebuah hadits Saya pernah membaca sebuah hadits shahih yang menyebutkan tentang asal usul turunnya surat annas alfalaq dan al ikhlas Yang mana ketika itu rasulullah disihir oleh orang yahudi bernama labid, Lalu apa yang dilakukan rasulullah dan para sahabt terhadap sang penyantet labid. Apakh di qishos
Ditanyakan oleh Saudara *Adhi Kusuma* pada _29 Nopember 2017_
_Jawaban_
Wa’alaikumussalam. Ngapunten lagi di kampung.
Rasulullah tidak membunuh Labid bin Al-A’sham, sebab Rasulullah tidak pernah membalas kejahatan yang ditujukan kepada diri pribadi beliau, sebagaimana halnya beliau tidak membunuh wanita yang telah meracuni daging yang disodorkannya kepada beliau. Selain itu, Rasulullah khawatir apabila beliau menghukum bunuh kepada orang yang sudah menyihir alias menyantet beliau yaitu Labid, akan muncul problem antara kaum Muslimin dan kaum Yahudi di Madinah, sama halnya beliau tidak membunuh orang-orang munafiq di Madinah namun hanya memerintahkan untuk membakar dan membumi hanguskan masjid dhirar yang dibangun oleh orang-orang munafiq.
Wa’alaikumussalam. Ngapunten lagi di kampung.
Rasulullah tidak membunuh Labid bin Al-A’sham, sebab Rasulullah tidak pernah membalas kejahatan yang ditujukan kepada diri pribadi beliau, sebagaimana halnya beliau tidak membunuh wanita yang telah meracuni daging yang disodorkannya kepada beliau. Selain itu, Rasulullah khawatir apabila beliau menghukum bunuh kepada orang yang sudah menyihir alias menyantet beliau yaitu Labid, akan muncul problem antara kaum Muslimin dan kaum Yahudi di Madinah, sama halnya beliau tidak membunuh orang-orang munafiq di Madinah namun hanya memerintahkan untuk membakar dan membumi hanguskan masjid dhirar yang dibangun oleh orang-orang munafiq.
Teks hadîtsnya sebagai berikut,
سَحَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي زُرَيْقٍ يُقَالُ لَهُ لَبِيدُ بْنُ الْأَعْصَمِ حَتَّى كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ كَانَ يَفْعَلُ الشَّيْءَ وَمَا فَعَلَهُ حَتَّى إِذَا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ أَوْ ذَاتَ لَيْلَةٍ وَهُوَ عِنْدِي لَكِنَّهُ دَعَا وَدَعَا ثُمَّ قَالَ يَا عَائِشَةُ أَشَعَرْتِ أَنَّ اللَّهَ أَفْتَانِي فِيمَا اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ أَتَانِي رَجُلَانِ فَقَعَدَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي وَالْآخَرُ عِنْدَ رِجْلَيَّ فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ مَا وَجَعُ الرَّجُلِ فَقَالَ مَطْبُوبٌ قَالَ مَنْ طَبَّهُ قَالَ لَبِيدُ بْنُ الْأَعْصَمِ قَالَ فِي أَيِّ شَيْءٍ قَالَ فِي مُشْطٍ وَمُشَاطَةٍ وَجُفِّ طَلْعِ نَخْلَةٍ ذَكَرٍ قَالَ وَأَيْنَ هُوَ قَالَ فِي بِئْرِ ذَرْوَانَ فَأَتَاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَاسٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَجَاءَ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ كَأَنَّ مَاءَهَا نُقَاعَةُ الْحِنَّاءِ أَوْ كَأَنَّ رُءُوسَ نَخْلِهَا رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا اسْتَخْرَجْتَهُ قَالَ قَدْ عَافَانِي اللَّهُ فَكَرِهْتُ أَنْ أُثَوِّرَ عَلَى النَّاسِ فِيهِ شَرًّا فَأَمَرَ بِهَا فَدُفِنَتْ.
“Rasûlullâh shallallahu 'alaihi wa sallam disihir oleh seseorang dari Banî Zuraiq, yang bernama Labîd bin al-A’sham, sehingga beliau merasa melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya. Sampai pada suatu hari atau pada suatu malam ketika beliau berada disisiku, beliau terus berdo’a dan berdo’a. Kemudian beliau bersabda, _“Wahai ‘Âisyah, apakah kamu tahu bahwa Allâh telah memperkenankan do’aku tentang apa yang aku tanyakan kepada-Nya? Ada dua orang yang mendatangiku, satu diantaranya duduk di dekat kepalaku dan yang satunya lagi berada di dekat kakiku. Lalu salah seorang diantara keduanya berkata kepada temannya, ”Sakit apa orang ini?” “Terkena sihir,” sahut temannya. “Siapa yang telah menyihirnya?” tanya temannya lagi. Temannya menjawab, “Labîd bin Al-A’sham.” “Dengan apa?” Dia menjawab, “Dengan sisir dan rontokan rambut ketika disisir, dan mayang kurma jantan.” “Lalu dimana semuanya itu berada?” tanya temannya. Dia menjawab, “Di sumur Dzarwân.”_ Kemudian Rasûlullâh shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi sumur itu bersama beberapa orang sahabat beliau. Setelah kembali, beliau berkata, _“Wahai ‘Âisyah, seakan-akan airnya berwarna merah seperti perasan daun pacar, dan ujung dahan pohon kurma (yang berada di dekatnya) seakan-akan seperti kepala syaitan.”_ Lalu ‘Âisyah bertanya, “Wahai Rasûlullâh, tidakkah engkau meminta dikeluarkan?” Beliau menjawab, _“Allâh telah menyembuhkanku, sehingga aku tidak ingin memberi pengaruh buruk kepada umat manusia dalam hal itu.”_ Kemudian beliau memerintahkan untuk menimbunnya, maka semuanya pun ditimbun dengan segera.” *[Muttafaqun ‘Alaih]*
سَحَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي زُرَيْقٍ يُقَالُ لَهُ لَبِيدُ بْنُ الْأَعْصَمِ حَتَّى كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ كَانَ يَفْعَلُ الشَّيْءَ وَمَا فَعَلَهُ حَتَّى إِذَا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ أَوْ ذَاتَ لَيْلَةٍ وَهُوَ عِنْدِي لَكِنَّهُ دَعَا وَدَعَا ثُمَّ قَالَ يَا عَائِشَةُ أَشَعَرْتِ أَنَّ اللَّهَ أَفْتَانِي فِيمَا اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ أَتَانِي رَجُلَانِ فَقَعَدَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي وَالْآخَرُ عِنْدَ رِجْلَيَّ فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ مَا وَجَعُ الرَّجُلِ فَقَالَ مَطْبُوبٌ قَالَ مَنْ طَبَّهُ قَالَ لَبِيدُ بْنُ الْأَعْصَمِ قَالَ فِي أَيِّ شَيْءٍ قَالَ فِي مُشْطٍ وَمُشَاطَةٍ وَجُفِّ طَلْعِ نَخْلَةٍ ذَكَرٍ قَالَ وَأَيْنَ هُوَ قَالَ فِي بِئْرِ ذَرْوَانَ فَأَتَاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَاسٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَجَاءَ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ كَأَنَّ مَاءَهَا نُقَاعَةُ الْحِنَّاءِ أَوْ كَأَنَّ رُءُوسَ نَخْلِهَا رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا اسْتَخْرَجْتَهُ قَالَ قَدْ عَافَانِي اللَّهُ فَكَرِهْتُ أَنْ أُثَوِّرَ عَلَى النَّاسِ فِيهِ شَرًّا فَأَمَرَ بِهَا فَدُفِنَتْ.
“Rasûlullâh shallallahu 'alaihi wa sallam disihir oleh seseorang dari Banî Zuraiq, yang bernama Labîd bin al-A’sham, sehingga beliau merasa melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya. Sampai pada suatu hari atau pada suatu malam ketika beliau berada disisiku, beliau terus berdo’a dan berdo’a. Kemudian beliau bersabda, _“Wahai ‘Âisyah, apakah kamu tahu bahwa Allâh telah memperkenankan do’aku tentang apa yang aku tanyakan kepada-Nya? Ada dua orang yang mendatangiku, satu diantaranya duduk di dekat kepalaku dan yang satunya lagi berada di dekat kakiku. Lalu salah seorang diantara keduanya berkata kepada temannya, ”Sakit apa orang ini?” “Terkena sihir,” sahut temannya. “Siapa yang telah menyihirnya?” tanya temannya lagi. Temannya menjawab, “Labîd bin Al-A’sham.” “Dengan apa?” Dia menjawab, “Dengan sisir dan rontokan rambut ketika disisir, dan mayang kurma jantan.” “Lalu dimana semuanya itu berada?” tanya temannya. Dia menjawab, “Di sumur Dzarwân.”_ Kemudian Rasûlullâh shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi sumur itu bersama beberapa orang sahabat beliau. Setelah kembali, beliau berkata, _“Wahai ‘Âisyah, seakan-akan airnya berwarna merah seperti perasan daun pacar, dan ujung dahan pohon kurma (yang berada di dekatnya) seakan-akan seperti kepala syaitan.”_ Lalu ‘Âisyah bertanya, “Wahai Rasûlullâh, tidakkah engkau meminta dikeluarkan?” Beliau menjawab, _“Allâh telah menyembuhkanku, sehingga aku tidak ingin memberi pengaruh buruk kepada umat manusia dalam hal itu.”_ Kemudian beliau memerintahkan untuk menimbunnya, maka semuanya pun ditimbun dengan segera.” *[Muttafaqun ‘Alaih]*
Setelah itu Nabi sudah terbebas dari jeratan sihir dan Nabi tidak menghukum bunuh Labid, karena Labid termasuk Ahlul Kitab.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Imam Malik mengatakan, “Tukang sihir Ahlul Kitab tidak harus dibunuh kecuali dengan sihirnya itu dia membunuh orang lain, sehingga dia pun harus dibunuh.’” Selain itu dia juga mengatakan, “Jika dengan sihirnya itu dia menimpakan suatu mudharat kepada orang muslim yang tidak pernah melakukan perjanjian dengannya, maka karena tindakan tersebut, perjanjian itu dibatalkan dan dibolehkan untuk membunuhnya. Sedangkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membunuh Labid bin al-A’sham karena beliau tidak melakukan balas dendam untuk diri beliau sendiri. Selain itu, karena beliau takut dengan membunuhnya akan menimbulkan fitnah di kalangan kaum muslimin dan kalangan persatuan kaum Anshar.” *[Fat-h Al-Bari 10/236]*
Ingat, ini adalah kasus khusus. Hukuman umum pada seluruh penyihir, penyantet, penenung, dan semacamnya adalah hukuman mati yang dieksekusi atas perintah Pemerintah Kaum Muslimin.
Dijawab oleh Abinya Abizard *H. Brilly El-Rasheed, S.Pd.* bin H. Yulianto
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Layangkan pertanyaan seputar agama Islam via surel *ustadzjibril@gmail.com* dengan menyebutkan nama dan kota asal.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Layangkan pertanyaan seputar agama Islam via surel *ustadzjibril@gmail.com* dengan menyebutkan nama dan kota asal.
Bergabunglah di grup whatsapp Islamia dengan mendaftarkan nama dan kota asal ke whatsapp *085536587822*
Kunjungi *quantumfiqih.blogspot.com* buat ngaji lebih banyak.
Belanja buku Islami via *tokobukufiqih.blogspot.com*
Join bisnis dan pelatihan makanan ringan krupuk kedelai, nugget sayur ikan laut, bakso ikan, dan lain-lain di *sbycorporation.wordpress.com*
Desain dan cetak majalah, buku, kitab & leaflet klik *desainmajalahislami.blogspot.com*
Ingin berdonasi komputer bekas dan dana tunai untuk kemakmuran mushalla salurkan melalui *komunitasmushalla.blogspot.com*
Pasang iklan atau cari info sekolah Islam unggulan di *islamicboardingschool.wordpress.com*
Ikuti channel Telegram *@manajemenqalbu*