Akhlaq Ahli Tauhid Sangat Memesona Semesta | UBER (Ust. H. Brilly El-Rasheed, S.Pd.) | TAUFIQ (Taushiyyah Fiqhiyyah)


Seorang doktor di bidang aqidah bertanya kepada Syaikh Prof. Dr. Umar Al-Asyqar guru besar ilmu aqidah, ” Wahai Syaikh, saya sudah mencapai gelar akademik tertinggi dalam ilmu aqidah, namun saya belum merasakan dalamnya aqidah ini tertanam di qalbu dan jiwaku.”
Maka Syaikh Prof. Al Asyqar menjawab; “Pertanyaan itu sudah pernah ditanyakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah kepada gurunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjawab: “Apa yang engkau pelajari hanyalah kaidah-kaidah (rumusan-rumusan) dalam masalah aqidah, sedangkan jika engkau ingin merasakan dalamnya aqidah tertanam di dalam qalbu dan jiwamu, maka hayati dan resapilah kandungan Al-Qur’an.”
Saran Syaikh Ahmad bin Taimiyyah sangat sesuai dengan apa yang ada dalam Al-Qur`an. Allah berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal.” [QS Al-Anfal (8): 2]
Meresapi kandungan Al-Qur`an adalah salah satu cara paling ampuh menanam aqidah ke dalam qalbu sehingga perilaku kita pun akan sangat istimewa. Perilaku adalah buah dari qalbu. Qalbu yang buruk akan membuahkan perilaku yang buruk. Qalbu yang ditanami aqidah yang buruk maka akan membuahkan perilaku yang buruk.
Khalifah ‘Umar bin Abdul Aziz berkata,
إِنَّ لِلإِيمَانِ فَرَائِضَ وَشَرَائِعَ وَحُدُودًا وَسُنَنًا ، فَمَنِ اسْتَكْمَلَهَا اسْتَكْمَلَ الإِيمَانَ ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَكْمِلْهَا لَمْ يَسْتَكْمِلِ الإِيمَانَ
“Sesungguhnya iman memiliki kewajiban-kewajiban, batasan dan aturan serta sunnah-sunnah, barangsiapa menyempurnakannya maka sempurnalah imannya dan barangsiapa tidak menyempurnakannya maka tidak sempurna pula imannya.” 
Banyak orang menyangka bahwa al-akhlaq al-karimah tidak ada sangkut pautnya dengan tauhid, sehingga seseorang yang sudah belajar tauhid tidak sedikit pun merasa risih untuk mengeluarkan sumpah serapah atau kata-kata kotor kepada saudaranya sesama muslim. Ia demikian fasih memaki-maki saudaranya hanya karena perbedaan pemahaman aliran keagamaan. 
Padahal tauhid adalah inti iman dan dalam banyak hadits Rasulullah  selalu mengaitkannya dengan adab dan akhlaq. Bahkan Allah  pun menjadikan amal shalih sebagai bukti keimanan seseorang. Ucapan kita, pandangan kita, pendengaran kita bahkan desiran hati kita adalah bukti/refleksi dari iman dan tauhid kita.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ. إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ. مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf  [50]: 16 – 18).
Puluhan nasehat Rasulullah  mengaitkan keimanan dengan ucapan, sikap dan adab kita. Bahkan menyingkirkan duri dari jalanan pun bagian dari iman. Membuang sampah adalah bagian dari keimanan kepada Allah . Nabi  bersabda,
الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
“Iman itu ada 70 atau 60 cabang, yang paling utama adalah ucapan Laa Ilaaha IllaLlah sedangkan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan. Dan rasa malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Muslim).
Dan masih banyak yang lain. Anda bisa menyimak kitab Syu’ab Al-Iman karya Imam Al-Baihaqi Asy-Syafi’i. Perhatikan dalam hadits ini saja, Nabi menyebut bahwasanya buah dari tauhid adalah akhlaq karimah.
Tauhid adalah bagian dari akhlaq dan akhlaq adalah bagian dari tauhid. Hanya, seringkali, tauhid biasanya difokuskan pada hubungan seorang hamba kepada Allah, sedangkan akhlaq fokus pada hubungan hamba kepada sesama hamba. Tapi kenyataannya, diantara yang sangat menentukan kualitas tauhid seseorang, terkait erat dengan perilakunya terhadap sesama hamba, sementara akhlaq yang paling utama dari seorang hamba adalah sikapnya kepada Allah Ta’ala  sebagai Pencipta, yang tak lain ini merupakan tauhid itu sendiri.
Seseorang keliru dalam masalah tauhid, jangan merasa masalahnya sepele hanya karena dia merasa akhlaqnya baik-baik saja, sebagaimana orang yang bermasalah dalam masalah akhlaq, jangan merasa tenang hanya karena dia merasa tauhidnya sudah murni dan mantap. 
Tidak boleh ada dikotomi pada tauhid dan akhlaq. Keberadaan yang satu menguatkan yang lain. Atau, kehilangan salah satunya akan melemahkan yang lain.
Perhatikanlah dakwah Rasulullah, apa yang pertama kali Beliau serukan? Ya, tauhid kepada Allah, beribadah semata kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya. Tapi perhatikan pula baik-baik, siapa yang pertama kali menerimanya? Tak lain orang-orang terdekatnya yang sudah sangat mengenal kepribadiannya. Pertanda apakah? Pertanda bahwa akhlaq beliau sudah dikenal kebaikannya. Sebab masuk Islamnya orang-orang terdekat, setelah hidayah Allah , tak lain karena mereka melihat kepribadian Rasulullah  yang istimewa. 
Ketika Rasulullah mengadukan kekhawatirannya kepada Khadijah setelah menerima wahyu pertama, Khadijah menghiburnya dengan sesuatu yang bersumber dari akhlaqnya yang mulia, “Allah tidak akan menghinakanmu sama sekali, engkau adalah orang yang suka silaturrahim, membantu yang lemah, menghormati tamu dan suka berkontribusi dalam berbagai bidang kebaikan.”
Akhlaq tidak pernah bisa dilepaskan dari tauhid. Bahkan, tauhid menjadi syarat dasar seorang muslim berakhlaq. Pemisahan secara dikotomik antara akhlaq dan tauhid ternyata bertentangan dengan kaidah-kaidah yang dibangun oleh Syaikh Ahmad bin ‘Athaillah As-Sakandari. Ia tidak sependapat dengan pernyataan, bahwa akhlaq yang baik itu hanya memuliakan manusia tapi melupakan Tuhan. Ia mengatakan: “Apakah menurut Anda berakhlaq baik itu adalah (hanya) dengan menyapa manusia dengan baik, memulyakan manusia, namun mengabaikan hak-hak Allah?”. Bukan. Akhlaq yang baik tidak seperti itu. Akhlaq yang baik itu adalah dengan menunaikan hak-hak Allah, menjaga hukum-Nya, tunduk kepada-Nya, serta menjauhi larangan-Nya” [Taj Al-‘Arus Al-Hawi li Tahdzib An-Nufus]
Akhlaq kepada Allah inilah esensi tauhid. Imam ‘Abdul Karim Al-Qusyairi menjelaskan bahwa, para ulama membangun kaidah-kaidah di atas tauhid, menjaga akidahnya dari bid’ah dan mendekat kepada ajaran-ajaran As-Salaf Ash-Shalih Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah [Ar-Risalah hal. 41]
Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Jariri menegaskan, “Barang siapa tidak berdiri di atas ilmu tauhid dengan dalil-dalilnya, maka ia akan tertipu dalam jurang kesesatan.” Karena itu, para ulama sangat berhati-hati dalam mengamalkan syariat. Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Jilani menjadikan ‘aqidah tauhid sebagai fase pertama yang harus ditanamkan. Ia mengatakan, “Wajib bagi murid untuk menjadikan aqidah Sunni sebagai ‘sayapnya’ sebagai media untuk sampai kepada Allah” [Al-Ghunyah 2/163]
Hikmah dan akhlaq menurut Imam Al-Junaid, tidak akan diperoleh tanpa ma’rifah kepada Allah. Ma’rifah (mengenal) Allah yang dimaksud adalah mengamalkan hak-hak yang wajib ditunaikan kepada-Nya [Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah, hal. 42).
Begitu pula akhlaq yang baik tidak mungkin diperoleh kecuali dari qalbu yang bersih tauhidnya. Pada hakikatnya, akhlaq yang baik itu melakukan apapun yang membuat Allah  sendang dan ridha. Akhlaq yang baik bukan dengan melakukan sesuatu yang membuat manusia senang, melainkan sesuatu yang membuat Allah  ridha kepada kita. Bisa jadi seorang Muslim bertutur baik di hadapan orang, tetapi ucapannya tidak sopan kepada Allah, seperti menghina Rasulullah, merendahkan Sahabatnya, apalagi ingkar kepada Allah.
Syaikh Ahmad bin ‘Athaillah memberi istilah bahwa berakhlaq kepada Allah  itu dengan ‘bersahabat dengan-Nya’. Ketika ditanya, bagaimana cara bersahabat dengan Allah , beliau menjawab, “Ketahuilah bahwa bersahabat dengan segala sesuatu harus sesuai dengan keadannya. Bersahabat dengan Allah diwujudkan dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Bersahabat dengan malaikat Raqib dan Atid dilakukan dengan mendiktekan berbagai amal kebaikan. Bersahabat dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah diwujudukan dengan mengamalkan isinya. Bersahabat dengan langit dan bumi dijuwudkan dengan mentadaburinya, mengambil pelajaran darinya” [Taj Al-‘Arus]
Akhlaq yang baik memang bersumber dari keimanan. Buah keimanan diantaranya adalah menunaikan hak Allah dan menjauhi larangan-Nya. 
Tergambar pula dalam pesan Luqman yang Allah abadikan dalam surat Luqman ayat 15, yang berisi pesan untuk tidak menuruti perintah orang tua manakala mereka mengajak kepada kesyirikan. Pada saat yang sama, sang anak tetap diperintahkan untuk mempergauli mereka dengan baik. Ketegasan mempertahankan tauhid yang murni, bukan alasan bagi seorang anak untuk tidak berakhlaq mulia terhadap orang tua. Sebaliknya, keinginan untuk menampilkan akhlaq menawan, semestinya tidak menghalangi seseorang untuk bersikap tegas jika sudah berurusan dengan tauhid, sekalipun terhadap orang tua.
Scan QR Code berikut untuk membaca artikel ini secara online.

Related

Akhlaq 187375278101860741

Posting Komentar

emo-but-icon

Quran Kreatif-Inovatif-Inventif

Quran Kreatif-Inovatif-Inventif
Juga Menerima Custom 0821-4088-8638

Recommended

Benefits of Hijrah | Tadabbur Tafakkur Tafaqquh Tafahhum QS. An-Nisa': 22 | UBER (Ustadz H. Brilly El-Rasheed, S.Pd.) |Kuliah Whatsapp Kajian Online

KULWA (Kuliah Whatsapp) KAJOL (Kajian Online) Grup Whatsapp Mutiara Dakwah Rabu, 26 Februari 2020 Benefits of Hijrah (Tadabbur Q...

Cari Blog Ini

Hot in week


Desain Majalah Islami

Desain Majalah Islami
Desain Majalah Islami

Toko Buku Brilly

Toko Buku Brilly
Toko Buku Brilly

Total Tayangan Halaman

item